Ginko Starting From A Dream

Miftah
Chapter #5

Semua Tentang Usaha

Sekali lagi, mimpi itu kini menghampiriku. Ada satu hal yang berbeda kali ini, setelah sekian lama aku bertemu denganya lewat mimpi itu, kini untuk pertama kalinya aku bisa berkomunikasi denganya. Satu poin tambahan untuku karena kini akubmulai bisa melangkah lebih jauh dari sebelumnya. Meskipun secara teknis perubahan ini tidak banyak. Hanya komunikasiku saja denganya yang tidak lama, aku langsung mencatat setiap hal yang dia katakana padaku ketika telah bangun, meskipun begitu ini kuanggap hal yang bagus untuk tetap memecahkan teka teki yang dia katakan padaku.

“Nanti kamu akan tahu sendiri siapa aku, coba pahami setiap ucapanku. Aku yakin kamu mampu memahaminya!” Ucapannya itu telah aku tulis tanpa ada hal yang tertinggal kali ini.

Aku mulai memperhatikan setiap kata dari kaliamt yang dia ujarkan ini. Entah kenapa tapi aku merasa ada maksud lain dia mengatakan kalimat itu padaku. Biar kupikir kembali, kala itu aku memanggilnya dengan nama Anisa. Dia seketika berhenti dan mengatakan dengan jelas bahwa aku akan tahu siapa dia sebenarnya. Apa dia bukanlah Anisa, aku sontak terpikirkan hal itu. Terlebih dia memerintahku untuk terus memahami setiap ucapan yang dia katakana padaku. Jadi pada intinya jawabn yang selam ini aku cari tentang dirinya selalunada pada setiap kata yang ia ujarkan.

“Terkadang hal kecil memang mudah dilupakan, tapi jangan lupa, kamu telah berada di titik ini berkat hal kecil itu. Kuharap kamu tetap mengingatnya. Tetap mengingatku layaknya daun ini, Ali!” Aku terus mengingat perkataanya itu di sepertiga malamku. Setelah setengah jam aku membolak-balikkan kalimat itu memaksa pikiranku untuk mencari berbagai kemungkinan yang ada tetap saja tidak aku temukan titik terangnya. Sebenarnya kenapa dia mengumpamakan semuanya dengan daun emas itu.

“Jadi daun emas bagimu itu apa .... Dan apa hubuanganya denganku!” aku berbaring setlah meneriakn itu. Kudengar ibuku berteriak di ruangan lainya.

“Ali jangan berteriak keras keras, sudah berangkat sana ayahmu menunggu!”

Tidak ada yang bisa aku lakukan saat itu, aku hanya diam mendengarkan. Aku sangat frusatasi dengan apa yang terjadi, jika di ingat sedikit saja aku hanya bisa berdoa setelah melaksanakan kebiasaan yang mulai aku coba biasakan. Itupun kulakukan karena perintah ayahku. Bahkan aku masih ingat perkataanya, “Ali, kita hanyalah manusia biasa terlebih kita hanya diberkati rizki secukupnya oleh yang maha kuasa. Apa kau merasa puas dengan apa yang kau miliki saat ini?”

Jujur saja kala itu aku menjawab masih belum puas, karna aku masih iri dengan apa yang tidak aku miliki, jawabanku pada ayahku saat kami bersama di pasar kala itu. Aku bukanlah seorang muslim yang taat, sabar layaknya ayah. Ujian dalam hidupku mungkin memang belum seberat apa yang telah ayah dan ibu alami. Namun, tetap saja aku tidak bisa melupakan apa yang ayah katakan padaku. “Kau akan mengerti arti hidup itu sesungguhnya sangat sederhana, setiap manusia seperti kita semua memang diperintahkan untuk ibadah kepadanya, dan saat kita beribadah kepadanya kau akan merasakan satu persatu masalah dalam hidupmu akan terselesaikan. Tentunya dengan berbagai cara yang allah berikan. Ya walapun dalam hidup pasti ada sebuah ujian di dalamnya, untuk mengukur sejauh mana keimananmu padanya!”

“Bagaimana caraku bisa mengetahuinya, aku kurang belajar terhadap ilmu agama tidak seperti ayah yang dulunya pesantren dan seorang santri yang medalami ilmu agama lebih dari siapapun di keluarga kita!”

“Ayah juga masih belajar nak, kau tahu istilah menuntut ilmu itu tidak ada batasan waktu?” tanya ayahku.

Aku mengangguk pelan, “Ya ayah aku pernah mendengarnya dari seseorang, tapi aku lupa ….” Aku tersenyum dan tertawa kecil dengan jawaban yang aku berikan padanya.

Seperti diriku Ayahku juga tersenyum dan tertawa setelah menedengar jawaban dariku itu, “Cobalah kamu bangun malam, jika tidak bisa paksakan untuk bangun dan solat di sepertiga malam. Rasakan setiap sensasi yang kau rasakan kala melaksanakan solat pertama hingga ke ratusan kali, karna nantinya kau akan membantu ayah tiap harinya cobalah sebelum berangkat kemari kau solat sunah dulu ya!”

“Apa bisa aku melaksanakannya sampai ratusan kali, memulainya juga belum.”

“Tentu saja, awalnya memang harus dipaksakan, setelahnya setiap harinya kau harus menjadikannya kebiasaan hingga disaat kau tidak melakukannya hatimu terasa resah dan tak nyaman dan itu tandanya akan ada sebuah peningkatan dalam ibadahmu. Ingsyaallah perlahan tapi pasti hidupmu juga kan berubah!”

“Semudah itu?”

“Ya, hidup memang mudah kita hanya perlu menjalaninya, terlebih semuanya berada di tangan yang maha kuasa. Takdir kita ada padanya dan hal yang bisa mengubah takdir itu adalah diri kita sendiri dengan doa yang sentiasa kita lakukan tentunya, memohon padanya agar masa depan menjadi lebih mudah. Memang tidak ada manusia yang bisa menjamin masa depan akan mudah layaknya membalikan telapak tangan, tapi selama kamu mau mencoba terus menerus dengan gigih disertai doa yang kuat kepadanya. Ayah yakin semunya akan baik baik saja, meskipun kadang kala kau merasa pada detik itu hidupmu sedang tidak baik-baik saja!”

Lihat selengkapnya