Ginko Starting From A Dream

Miftah
Chapter #7

Perhatian Darinya

Pernahkah kau bermimpi akan suatu hal selama ini tidak kau impikan, mengenai sebuah petemuan antara seorang perempuan dan laki-laki di suatu tempat asing, fatamorgana, dan tidak nyata. Bahkan, jika pernah sekalipun pernahkah kamu memimpikannya berulang kali. Ya, pasti tidak pernah bukan. Itu yang aku pikirkan juga ketika baru pertama kali melihat mimpi itu. Satu hari ketika aku masih duduk di bangku SMA kakakku Carla datang masuk ke kamarku begitu saja. 

“Amira apa kamu suka cerita fantasi yang romantis?” tanya dia padaku antusias, padahal umurnya itu sudah 20 tahun kala itu. Berbeda denganku yang masih 16 tahun. 

“Iya suka kenapa emang?” 

“Mau aku ceritakan tentang sebuah mimpi?” 

Aku hanya tersenyum mendengarnya, “Mimpi siapa, apa itu cerita tentang sebuah mimpi atau kakak akan menceritakan mimpi kakak padaku?” 

“Coba tebak?” aku hanya tersenyum mendengar jawabannya. Aku kembali pada kegiatanaku sebelumnya yakni membaca beberapa buku pelajaran yang memang kurang aku pahami selama ini. 

“Oke nanti kamu tebak setelah mendengarkan ceritanya ya!” ucapnya riang. 

Pada malam hari itu juga, kakakku menceritakan apa yang dia ingin ceritakan padaku. Sebuah cerita dimana adanya pertemuan dan perpisahan sekaligus. Aku masih belum mengerti apa maksud dari setiap perkataanya. Daun emas atau apalah itu yang harus di ingat oleh laki-laki yang memang mungkin adalah sosok yang berharga bagi sang wanita dalam cerita itu. Meskipun aku enggan mendengarkan cerita khayalan kakakku ini, kala itu ceritanya cukup asik untuk di dengar secara perlahan meskipun ada beberapa kejadian atau katakanlah peristiwa yang tidak aku pahami sama sekali. Seperti, kenapa pertemuan mereka harus berada di taman yang indah dengan ribuan daun emas yang berguguran, kenapa tidak di luar angkasa sekalian. Lalu kenapa sang pria hanya diam saja setelah apa yang dikatakan oleh sosok perempuan di hadapanya itu terasa membingungkan dan penuh akan teka-teki. Aku selalu mempertanyakan itu di hatiku ketika kak Carla menceritakan ceritanya. 

“Gimana ceritanya seru kan!” tanya kakak antusias. 

“Jadi ini khayalan kakak ya, mengarang cerita seindah serta penuh teka teki disaat yang bersamaan?” Aku bertanya padanya dengan nada cukup kesal, aku kesal bukan karena kakakku menganggu waktu malamku tapi kenapa ceritanya harus begitu. Apa kakakku tidak bisa membuat cerita yang lebih alami dan terkesan natural, dari pada harus bercerita akan hal yang indah namun di dalamnya penuh dengan teka-teki. 

“Kenapa tersenyum?” tanyaku keheranan. 

“Itu bukan khayalan kok, melainkan mimpiku. Aku bahkan tidak menduganya, aku akan memimpikan seorang pria dalam hidupku. Apa aku terlalu lama sendiri ya?” guraunya, sebuah senyuman merekah di wajahnya.

“Kalau begitu cari pacar gih sana!” Sontak kakakku menggelengkan kepalanya. 

“Aku tidak bisa melakukannya walaupun aku mau …” 

“Kenapa, bukankah akan mudah bagi kakak mendapatkanya. Setidaknya satu pria yang kakak sukai, kakak kan cantik, pintar ya walaupun agak sedikit galak sih, tapi itu poin plusnya!” 

Kakakku sontak tertawa, melihanya begitu aku hanya bisa ikut tersenyum lembut merasakan kebahagiaan sesaat ini. Tak lamam dari itu kulihat dia mulai berbaring di atas kasurku, posisi yang tadinya duduk melihatku kini tatapanya hanya ada pada langit langit kamarku yang telah di hias penuh akan gemerlap bintang layaknya di luar rumah. 

“Entah kenapa, aku selalu teringat akan sosok laki-laki itu, aku memang tidak mendengar suaranya tapi wajahnya terus aku ingat bahkan aku tidak bisa melupakannya. Jika aku bertemu denganya mungkin aku akan berkata setiap hal yang ada dalam mimpiku!”

“Kenapa kakak mau melakukan itu?” tanyaku penasaran. 

“Firasatku mengatakan aku harus melakukan sesuai dengan mimpiku, mungkin ini pertanda bagiku untuk menemui seseorang yang berharga bagiku, tapi masalahnya itu kapan ....” 

Aku hanya tertawa mendengar perkataanya itu, sepertinya di umurnya yang ke duapuluh itu membuat kakak seperti dimabukan oleh cinta khayalannya yang masih belum pasti kapan datangnya. Namun melihat wajahnya yang penuh antusias dan senyuman diwajahnya pasti pria itu adalah orang yang baik dan menarik untuknya. Jika tidak, mana mungkin kakakku akan menceritakan mimpinya itu padaku. Sebuah mimpi dari perempuan yang fokus pada tujuanya kini goyah dengan sebuah mimpi, aku ingin melihat kelanjutan kisahnya kuharap itu akan selesai.

“Dari pada kakak memikirkan pria yang ada dalam mimpi kakak, sebaiknya kakak wujudkan dulu mimpi kakak sembari menunggu kehadirnnya. Jika dia memang jodoh kakak, kak Carla juga akan tahu saat bertemu dengannya kan. Hati kakak akan berdebar saat berada di sampingnya dan debaran itu bukanlah hal yang biasa!”

Seketika saja kak Carla tersenyum dan tertawa riang seperti biasanya, lalu dengan cepat memeluku erat, “Kamu tau dari mana kalimat seberat itu!”

“Hoi berhenti memelukku, aku tahu hal itu dari novel online yang aku baca?” aku tersenyum membalasnya. 

Lihat selengkapnya