Gio

Tri Wulandari
Chapter #4

Perkenalan

Gio dan Tasya duduk berdua di sofa kamar Gio. Sesekali Tasya melirik seisi penjuru kamar cowok 17 tahun itu. Kamarnya rapi—bahkan sangat rapi. Jika kebanyakan para anak muda memiliki kamar yang berantakan bin amburadul, berbeda sekali dengan cowok yang satu ini. Dia seperti sangat mencintai kebersihan dan kerapihan. Terbukti dari selimut dan sprei kasur yang tertata rapi. Lemari buku, meja belajar, dan beberapa hiasan di atas meja serta poster-poster band rock mancanegara yang terpampang di dinding kamar. Belum lagi, aroma lavender yang menyeruak dari alat pengharum ruangan. Tidak ada debu sedikitpun pula di sana. Semuanya tertata rapi dan bersih.

"Diem aja lo? Kenapa?" Tanya Gio menatap lekat Tasya yang duduk di sebelahnya. Pemuda itu menatap Tasya datar, namun tak beralih sedikitpun. Kakinya melipat dengan kedua tangan yang terentang di bahu sofa. Gio senang melihat Tasya berlama-lama. Gadis itu begitu enak dipandang. Rambutnya lurus panjang, meskipun tubuhnya bisa dibilang pendek, tapi masih pas untuk posturnya yang langsing. Pipinya chubby dengan mata agak bulat. Dan hidung serta alis yang simetris.

Menurut Gio, mungkin Tuhan sedang dalam mood yang baik saat menciptakan Tasya. Tasya yang menyadari tengah diperhatikan anak muridnya itu mendadak canggung. Dia berdeham pelan, kemudian dengan berani menoleh ke samping kanan menatap Gio langsung.

"Aku hanya lagi memperhatikan kamar kamu. Sangat rapi, dan wangi..." kemudian tersenyum manis. Gio tersenyum miring, lalu menjawab, "ck... iyalah, mana ada kamar cowok ganteng kayak gue bau?"

"Jadi? Apa kita bisa mulai belajarnya? Maaf kalau aku masih kaku." Tasya memyampirkan anak rambut ke belakang telinganya. Hal yang membuat hati Gio sedikit tergelitik. Kenapa gadis ini bertingkah menggemaskan?—setidaknya menurut Gio. Fokusnya tak bisa beralih dari gadis bernama Tasya ini. Dia benar-benar seketika membuat Gio penasaran.

Gio duduk bersila di sofa menghadap Tasya, kemudian bertanya. "Nama lengkap lo siapa? Gue belum tahu. Kata Mama lo kuliah? Seriusan itu?"

Tasya mengangguk kemudian tersenyum, gadis itu memang sangat ramah pada semua orang. Bahkan jika orang lain menganggap aura dingin Gio itu menyebalkan, berbeda dengan Tasya. Dia hanya menganggap jika Gio laki-laki yang membutuhkan seseorang yang lebih hangat saja. "Nama lengkap aku Anastasya, aku kuliah. Semester lima di jurusan seni. Kalau kamu? Aku belum tahu kamu sekolah di mana?"

Gio tampak manggut-manggut mengerti, kemudian menyahuti pertanyaan yang Tasya lontarkan. "Lo serius pengen tahu?"

Tasya dengan yakin mengangguk. "Iya, dan mata pelajaran apa aja yang kamu gak kuasai. Aku akan berusaha semampuku untuk bantuin kamu. Kita bisa mulai sekarang."

"Semuanya!" Celetuk Gio, kemudian beralih bangun dari duduknya. Dia berjalan menuju lemari pakaiannya yang berada di dekat ruang ganti. Kemudian, membuka pintu lemari itu.

"Bisa lo tebak gue sekolah di mana?" Tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada. Tasya menautkan alis sejenak, hingga beberapa detik kemudian mulutnya menganga menyerupai huruf O. Dia tercengang dan terkejut.

"Apa DeVictory International High School? Astaga! Sekolah itu..." Tasya bangun dari duduknya, kemudian mendekat ke arah lemari itu. Jemarinya meraba seragam kebanggaan sekolah elit nan disegani itu.

Lihat selengkapnya