Gio

Tri Wulandari
Chapter #6

Gio pintar dalam hal lain

Hari ini adalah hari Rabu, Tasya datang ke rumah Gio seperti biasa. Gadis itu membungkuk ramah pada Pak Darus—satpam rumah Gio yang tengah asyik minum kopi di post depan gerbang.

"Selamat siang Pak Darus," sapa Tasya ramah. Sang empu nama mendongak dan membalas sapaan gadis itu tak kalah ramah. "Siang juga, Neng. Mau ngajar Den Gio ya?" Tanyanya sambil terus tersenyum. Tasya mengangguk dengan senyum manis seperti biasa.

Gadis berkemeja merah muda itu pun berlalu setelah berpamitan masuk pada Pak Darus. Sesampainya di pintu, dia tak lupa mengetuk pintu pelan. Gio pasti baru pulang sekolah, dia tak akan lupa jadwal pertemuan les privatnya seperti biasa. Dalam satu pekan, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat mereka akan belajar bersama. Jika Heni berkehendak karena nilai Gio yang tak kunjung berubah, mungkin jadwal belajar privatnya akan ditambah pada akhir pekan. Heni tak sungkan menambahi bayaran untuk Tasya, asal putranya mau lebih giat belajar dan bisa 'aman' di semester terakhirnya.

Tok! Tok! Tok!

Tak lama kemudian Bi Nur—asisten rumah tangga bu Heni pun membuka pintu. Wanita paruh baya itu menyambut kedatangan Tasya seperti biasa.

"Eh Neng Tasya, yuk masuk. Den Gio baru aja pulang." Dengan senyuman hangat Bi Nur mempersilahkan Tasya untuk masuk. Tasya balas tersenyum, kemudian masuk ke rumah mewah itu.

"Den Gio lagi makan siang sama Nyonya di dalam. Mau saya panggilin aja gak Neng?"

Tasya menoleh, kemudian dengan cepat tangannya mengibas tanda 'jangan', sangat tidak etis ketika orang sedang makan harus terganggu karena tamu datang. "Siapa Bi?!" Seru Heni lantang dari ruang makan.

Bi Nur buru-buru berjalan cepat menuju sumber suara. "Eh, Nya ada Neng Tasya baru datang," jawab Bi Nur dengan wajah tertunduk sopan.

"Oh kebetulan. Ajak aja makan siang sekalian. Sana panggil, suruh ke sini."

Bi Nur hanya mengangguk, kemudian berjalan menuju Tasya yang masih berdiri di ruangan utama rumah Heni. "Neng, kata Nyonya suruh ke ruang makan."

Tasya terdiam sejenak, sesaat kemudian dia mengangguk dan berjalan menuju ruang makan. Heni dan Gio tengah duduk berdua dengan wajah canggung, mereka makan tanpa ada sepatah suara obrolan sedikitpun. Gio tampak datar seperti biasa, begitu juga Heni.

Saat menyadari keberadaan Tasya yang berdiri di ambang pintu, senyum hangat terbit di wajah Heni. Wanita itu menyuruh Tasya duduk dan ikut makan siang bersama. "Eh ada Tasya? Kok diem aja? Sini duduk, ikut makan siang ya? Kamu pasti belum makan." Ajak Heni, bangun dari duduknya, lalu menyuruh Tasya duduk di seberang Gio.

"Aduh Bu, gak usah repot. Tasya udah makan kok." Elaknya merasa tak enak. Heni memutar bola mata. "Jangan gitu deh, kamu harus isi tenaga untuk ngajarin Gio hari ini. Jadi, makan yang banyak! Sayang lagian, makanan sering kebuang karena saya selalu di luar. Mumpung saya lagi di rumah, ikut makan bareng ya. Kan jarang." Rayunya sekali lagi, yang mana Tasya tak dapat menolak lagi kali ini. Dia beringsut duduk di kursi seberang Gio. Cowok itu yang awalnya tampak malas makan, mendadak semangat saat Tasya ikut menemaninya makan siang, semuanya tampak dari mata berbinarnya saat Tasya menghampiri meja. Senyum manis terbit di sela dia meminum air di gelas. Bi Nur, menyendokkan nasi dan berbagai lauk pauk yang tersedia di piring Tasya. Dengan sopan Tasya menyantap makanan itu.

Di tengah-tengah makan siang yang hangat, ponsel Heni berdering. Dengan cepat, Heni menjawab panggilan itu.

"Halo..."

"..."

"Apa? Tapi aku lagi makan siang sama Gio loh, Jer..." bisik Heni pelan. Namun, Gio dapat mendengarnya dengan jelas. Lagi-lagi, laki-laki itu menganggu waktu makan mereka yang berharga.

"Apa harus sekarang? Gak bisa nanti..."

Lihat selengkapnya