Gio

Tri Wulandari
Chapter #7

Sahabat Laknat

Hari ini Bu Melinda—guru pelajaran Biologi, telah selesai membagikan kertas ulangan pada murid di kelas. Semua anak di dalam ruangan bersorak senang karena nilai ujian yang sesuai harapan. Tak terkecuali Satya, teman sebangku Gio itu tersenyum lebar saat melihat kertas ujiannya yang mendapat nilai 9A+.

Sementara Gio, cowok itu tampak melihat dengan seksama isi kertasnya. Jawabannya banyak yang salah, bibirnya mencebik. Dia hanya berhasil mendapat nilai 6 lengkap dengan embel-embel C. Masih buruk—menurut Gio. Bagaimana Tasya bisa terkesan. Jika sudah hampir satu bulan dia diajarkan gadis itu, namun hasilnya belum kelihatan sama sekali. Gio justru kasihan kepada Tasya, gadis itu harus lelah mengajari mahluk dengan otak beku seperti dirinya.

"Ngapa Bro?" Satya melirik kertas jawaban ulangan Gio, kemudian menepuk bahu sahabatnya itu pelan. "Tenang aja, segini udah ada kemajuan. Biasanya lo dapet nilai 0 alias telor belom pecah juga santuy-santuy aja."

"Telor lo sini gue pecahin!" Kata Gio melirik sebal. Satya langsung melirik bawah celananya, kemudian bergidik takut. "Gila ya, entar gue gak punya keturunan gara-gara lo."

"Yee! Biji kedele! Berisik banget lo!" Sungut Gio merasa pusing dengan ocehan unfaedah Satya. Setelah melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam tas. Satya menanyakan hal yang tak terduga pada Gio.

"Gi..."

"Hmm..." hanya gumaman jawaban Gio, tangannya masih sibuk mengemas buku ke dalam tas karena jam pelajaran telah usai.

"Lo... punya guru les privat?" Tanya Satya dengan nada berbisik. Seketika Gio terdiam sejenak, dan menoleh tepat ke hadapan Satya. "Lo... tahu dari mana?" Tanya Gio dengan mata memicing.

"Njir! Lo tahu gak," belum selesai Satya berbicara Gio sudah menginterupsi ucapan cowok berambut coklat itu. "Gak!" Celetuknya datar.

"Gue belum selesai, Nyet! Dengerin dulu napa sih! Ngambek nih gue!" Satya mengancam merajuk. Tapi hal itu tak berpengaruh sedikitpun untuk Gio. "Lo pikir gue peduli?" Ucap Gio malas.

"Ck... Squidward..." Satya berdecak kesal. Sesaat kemudian menghela nafas pasrah. Namun, dia tak mengurungkan niat untuk bicara pada sahabatnya itu.

"Beberapa minggu lalu kan nyokap lo ngopi bareng sama nyokap gue. Kayak double date gitu, sama si..."

"Si Tikus!" Potong Gio setelah menyampirkan tas ranselnya ke bahu sebelah kiri.

"Nah!" Jawab Satya dengan jari telunjuk mengacung. "Kata nyokap gue, nyokap lo bahas soal guru les atau tutor gitu lah buat lo."

"Terus?" Tanya Gio malas, dia segera beranjak dari duduknya yang diikuti cepat oleh Satya. "Ya gak gimana-gimana sih? Kata nyokap lo, tumben banget lo gak nolak dikasih les. Biasanya semua penawaran itu langsung ditolak sama lo." Balas Satya sambil melipat tangan di dada.

"Terus...?" Tanya Gio lagi malas. Dia tak ingin banyak menanggapi, mamanya itu memang berlebihan. Hal seperti itu saja digosipkan.

"Terus-terus mulu nabrak lo nyet!" Sungut Satya kesal. Dia memang harus sabar jika bercengkerama dengan si jelmaan Squidward itu.

"Lo mau gue nanggepin apa. Gue males ribut mulu sama nyokap. Lagian les gak buruk juga..."

Wah, ada angin apa ini Gio berkata demikian? Satya yang mendengar itu langsung mengernyit bingung. Dia tengah sibuk mencerna ucapan Gio.

"Udah, gue mau balik dulu. Hari ini gue ada les. Cabut dulu!" Gio pun berlalu meninggalkan Satya setelah sampai di tempat parkir. Dengan gagah Gio melaju menggunakan motor sport miliknya—hadiah ulang tahun ke 17 dari sang mama. Namun, rasa bingung di benak Satya belum hilang sepenuhnya.

***

Lihat selengkapnya