Gio

Tri Wulandari
Chapter #17

Ulang tahun Gio

Gio berjalan dengan lunglai, tas ranselnya tersampir berantakan di bahu sebelah kirinya. Koridor sekolah masih sepi, hari ini adalah jadwal terakhir tryout sekolah. Dan minggu depan, adalah Ujian akhir yang sebenarnya, nilai Gio perlahan membaik meskipun otaknya harus kerja lebih keras dalam memecahkan rumus dan menghafal segala macam materi yang membuat kepalanya seperti berasap. Pesan Tasya adalah; lakukan segalanya dengan cinta dan hati yang tulus, maka tidak akan ada kesulitan. Begitu juga dalam bentuk menghafal, Gio sangat benci menghafal apalagi rumus matematika dan fisika yang hampir saja membuat otaknya nge-blank. Namun, Tasya selalu bilang bahwa jangan pernah memaksa otak untuk menghafal. Karena sejatinya itu hanya menyusahkan dan menyulitkan saja, tapi baca dan pahami berulang kali. Nikmati prosesnya, maka semua yang dilalui tidak akan terasa sulit.

Gio sampai di depan kelasnya, seperti biasa saja di hari lahirnya ini. Tak ada yang spesial, tak ada yang mengucapkan, mamanya sibuk di kantor dan sudah berangkat bahkan sebelum Gio bangun dari tidurnya. Rumah sepi, begitu juga sekolah. Tak ada yang peduli dengan hari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuknya, bahkan si empu hari lahir pun tak peduli dengan ulang tahunnya sendiri.

Saat Gio menapakkan kaki tepat di depan pintu kelas, dia harus dikejutkan dengan suara terompet berisik dan juga beberapa balon yang teman-teman kelasnya lemparkan ke udara.

"Sureprise!!!!" Seru semua anak, terutama siswi perempuan yang menyoraki Gio dengan beberapa peluit dan terompet ulang tahun.

Gio termangu di tempat, lagu 'selamat ulang tahun' bergumandang ramai di dalam kelas. Satya—sahabat karibnya membawa kue tart red velved di tangannya. Lengkap dengan lilin angka 18 yang menyala di atas kue berwarna merah itu.

"Happy birthday Bro, temen gue yang sekarang jarang nginep karena sibuk les sama guru cantik. Jarang nemenin gue main fornite lagi, dan jarang mau gue ajakin hangout karena sibuk daftar jadi mahasiswa baru. Semoga lo sukses dan lulus dengan nilai bagus. Panjang umur, jangan cuek-cuek lah..." jelas Satya mengulurkan kue berukuran sedang itu di depan Gio yang berdiri mematung. Sementara teman-temannya yang lain, saling bertepuk tangan dan menyanyikan lagu tiup lilin agar pemuda yang tengah berulang tahun itu meniup lilin di atas kue.

"Thanks..." hanya itu balasan Gio. Wajahnya datar seperti biasa. Dia pikir, teman-temannya lupa atau bahkan tak peduli dengan hari lahirnya. Namun, hal demikian sama sekali tak terduga menurut Gio. Pemuda itu senang, mau tak mau bibirnya menyunggingkan senyum, senyum yang jarang sekali dia tampakkan kepada teman-temannya.

Murid yang dikenal nakal, pendiam, ansos dan malas belajar itu perlahan mulai berubah. Berubah menjadi lebih baik, tak ada lagi bolos sekolah, tak ada lagi tidur di dalam kelas. Gio yang sekarang adalah Gio yang penyemangat dan disiplin.

"Tiup Bro, jangan diem aja. Lama nanti gue nih yang tiup." Kekeh Satya masih memegangi kue red velved itu di tangannya. Gio yang tersenyum pun akhirnya menurut, dia meniup pelan lilin angka 18 yang menyala. Saat cahaya api lilin padam, semua murid bersorak ceria.

Bahkan beberapa anak perempuan yang ikut Satya merayakan dan menyiapkan kejutan di kelas, turut bergumam kagum setelah melihat betapa tampannya Gio saat tersenyum merekah seperti sekarang.

"Gue baru sadar Des, kalo Gio ganteng parah pas lagi senyum!" Celetuk Rima teman sekelas Gio yang berdiri di belakang Satya.

"Mampus lo yang ngatain dia jutek! Pas udah senyum, kelar idup lo!" Balas Satya sambil tersenyum congkak. "Temen siapa dulu, temen gue nih..." tambahnya lagi.

Gio hanya mampu menggeleng, teman-temannya itu memang lucu jika dipikir-pikir. Pemuda itu lantas berjalan menuju kursi singgasananya di pojok sana. Sementara Satya mengekori masih dengan kue ulang tahun itu.

"Ini gimana?" Tanya Satya melirik kue yang kini sudah diletakkan di mejanya. Dia kebingungan saat Gio sepertinya tampak tak berminat menyantap kue itu.

"Lo makan aja, Bro. Gue udah kenyang, lagian lo tahu kan gue gak terlalu suka sama makanan manis."

"Eh... gue beli mahal nih." Dengkus Satya dengan bibir mencebik.

"Kasih tuh cewek-cewek yang mupeng aja. Mereka pasti laper." Tunjuk Gio pada sekumpulan siswi wanita yang mencuri pandang padanya sambil berbisik. "Ntar dulu, gue kasih ramuan spesial," ucap Gio menjeda perkataannya. Dia mencolek krim red velved di kue itu sambil melirik seksi ke arah para gadis yang Gio yakin pasti akan langsung kejang saat menyadari ketampanan paripurna nan menggodanya.

Lihat selengkapnya