Hari yang spesial itu, hari di mana seseorang menikmati setiap detiknya tanpa kata 'menyesal'
...
Sepanjang koridor menuju kelasnya, tak henti-henti Saura menggerutu kesal sembari memegangi baju bagian belakangnya.
"HEH KAMU!!"
Gadis cantik itu sontak menoleh, mendapati Dahlan--guru BK sekaligus pembina OSIS-nya--sedang berjalan ke arahnya dengan sebuah penggaris panjang di tangan kanannya.
"Bapak Dahlan, kenapa panggil-panggil Rara?" tanya Saura, ketika Dahlan sudah berada tepat di depannya.
Dahlan menatap gadis itu dengan wajah garangnya. "Kamu niat sekolah gak sih?! Datang seenaknya, kamu pikir ini sekolah milik kamu? Kamu itu OSIS Ra, harus bisa kasih contoh yang baik dong!"
Saura menggigit bibir bawahnya, tidak berani untuk menjawab.
"Ikut saya sekarang! Kamu harus dihukum!" Dahlan menarik kasar pergelangan tangan Saura.
Gadis itu tidak memberontak hanya diam dan menuruti perintah Dahlan, Saura tidak seberani itu untuk memberontak gurunya, ya walaupun sebenarnya Saura bisa saja mengelaknya.
"Berdiri di sana sampai jam istirahat kedua!" Dahlan menunjuk tiang bendera yang berada di pinggir lapangan.
"Bapak Dahlan, Rara udah dihukum tahu!" Kali ini Saura melawan, kenyataannya memang benar, dia sudah dihukum.
"Sama siapa? Kapan?"
Gadis itu menunduk, tidak berani menatap guru yang terdengar killer di sekolahnya itu.
"Tadinya Bapak Budi ijinin Rara masuk, terus tiba-tiba ada cowok yang tarik Rara ke toilet--"
"TOILET?!"
"Bu-bukan gitu Bapak Dahlan. Dia ngajak Rara ke toilet, karena Rara harus dihukum. Yaudah Rara bersihin toilet," kata gadis itu masih menunduk.
"Siapa namanya?"
Saura berusaha mengingat-ngingat nama cowok yang tadi membuatnya kesal itu, sampai akhirnya dja mendongak ketika sudah mengingatnya.