Jangan menyukaiku, nanti kamu akan sakit. Karena hatiku tidak ada yang tahu, bahkan aku sendiri, si pemiliknya.
-Auristella Sauralova Shaeneta-
***
"Maksud Gio apa?" tanya Saura bingung. "Rara nggak ngerti. Rara bukan barang, kok bisa Rara milik Gio?"
"Gue suka lo Sah, gua suka sama lo, kenapa lo gak paham juga!" kata cowok itu kesal.
Tubuh Saura menegang. Semua rasa ge-er yang dimilikinya seketika hilang entah ke mana saat melihat Gio yang menatapnya seintens itu.
"Kali ini lo boleh ge-er sepuasnya, karena gue emang suka sama lo. Gue serius Sah, nggak bercanda dan semua yang lo bilang waktu memang benar," lanjutnya.
Cowok itu beralih memegang kedua tangan Saura dengan lembut lantas diusapnya beberapa kali. "Seperti yang lo bilang, gue emang cowok mulut pedas, kasar, dan pastinya memang nggak pantes buat ngomong romantis." Gio menarik napasnya sejenak, "lo mau, jadi cewek gue?"
Seperti tersengat listrik, tubuh Saura semakin menegang dengan mata yang mengerjap beberapa kali. Mata gadis itu berkaca-kaca, dan jantungnya berpacu dua kali lipat dengan cepat.
"M-maksud Gio a-apa?" katanya terbata.
Saura menarik kedua tangannya yang dipegang Gio dengan cepat dan berjalan mundur beberapa langkah.
"Gue suka sama lo, gue nembak lo. Masih gak ngerti juga?" tanya Gio frustrasi. "Lo gak suka gue?" lanjutnya ldatar.
"Rara ga-"
"Gue nggak terima penolakan! Intinya lo pacar gue mulai hari ini!" Terserah orang-orang ingin mengatakan Gio egois, karena memang itulah kenyataannya. Gio tak mau ditolak, karena sudah cukup baginya menyukai Saura secara diam-diam selama ini. Sekarang tidak lagi.
Saura tersenyuml sinis. "Kamu pikir kamu siapa nggak bisa terima penolakan? Kamu pikir kamu segalanya, iya? Udah merasa paling hebat, atau merasa paling wah?" Mata gadis itu menatap Gio dengan tajam, ditambah dengan nada suaranya yang tiba-tiba berubah sinis dan dingin.
"Ra lo-"
"KAMU PIKIR KAMU SIAPA?! KAMU PIKIR SAYA INI APA? BARANG?! SAYA GAK SUKA KAMU GIO, SAYA GAK SUKA! SAYA BENCI KAMU DAN KAMU BUKAN SEGALANYA BUAT SAYA!"
Deg!
Jantung Gio berdetak cepat, cowok itu memandang Saura terkejut. Di depannya ini bukan Saura yang ia kenal. Saura tidak kasar, Saura tidak mungkin menyebut dirinya 'saya', Saura tidak mungkin berteriak seperti itu, dan mata itu, Saura tidak pernah memandang seseorang sesinis dan sedingin itu!
"Ra-"
"MAU NGOMONG APALAGI KAMU? MAU BILANG NGGAK TERIMA PENOLAKAN? IYA?" Air mata gadis itu meluncur dan suaranya mulai tersendat karena isak tangis yang tiba-tiba muncul. "Saya bukan boneka Gio, saya bukan barang dan saya masih punya harga diri," kata Saura sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya dan terisak.
Gio yang masih terpaku melihat Saura hanya bisa diam dengan hati seperti diremas-remas. Apa Saura membencinya sampai segitunya? Apa kelakuannya keterlaluan? Apa Saura memang tidak sedikitpun memiliki rasa?
Saat suara isak tangis Saura semakin terdengar Gio berjalan mendekat, berjongkok lalu memeluk tubuh Saura dengan erat. Gadis itu diam tak berontak, tapi tak juga membalasnya.
"Sorry, gue tau gue salah, gue egois. Tapi liat lo kayak tadi gue kaget banget Sah, hati gue sakit liat lo kayak gini," kata Gio lirih. Entah ke mana hilangnya Gio si mulut pedas tanpa filter itu.
"Ra-Rara-" Karena tak sanggup melanjutkan Saura langsung membalas pelukan Gio tak kalah erat dan menangis di dada bidang milik cowok itu.
"Ssttt, jangan nangis lagi. Kalo lo gak suka gue dan gak mau jadi pacar gue ya gapapa, gue gak maksa."
"T-tapi tadi Mudah ma-maksa."
"Iya, maaf. Udah ya? Diem, okay?"