GIORA

Salwa Auralyra H
Chapter #18

18. Mos

5 Juli 2018

Cahaya matahari sangat menyengat pagi ini membuat gadis dengan rambut dikucir kuda itu mendengus berkali-kali.

Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke SMA dan mengikuti MOS. Dan semua peserta MOS sedang mengikuti upacara.

Saura menghembuskan napas lelah, cewek itu merasa diasingkan di tempat ini, karena memang hanya dia dan Dara murid dari SMP Galaksi yang sekolah di SMA Laksana. SMA Laksana adalah SMA yang berada di pinggir kota Jakarta, SMA swasta terbaik dengan predikat sekolah favorit. Jarak rumah Saura dengan sekolahnya yang memang jauh, karena memang itu keinginannya. Agar ia tidak bertemu kembali dengan teman SMP nya kecuali, Dara.

Dara adalah tetangga sekaligus teman masa kecilnya. Dan dari awal mereka memang berniat untuk bersekolah di sekolah yang sama. Tapi pagi ini, Saura tidak menemukan Dara, sampai akhirnya dia merasa sendiri dan baris di barisan ketiga dari belakang saat upacara bendera sekaligus penerimaan siswa baru.

Saura jinjit untuk melihat pengibaran bendera di depannya, tapi nihil karena orang di depannya adalah orang-orang yang memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata.

"Ck, kenapa sih yang tinggi-tinggi pada di depan sedangkan Rara yang mungil gini malah di belakang! Kesel banget!" gerutunya sambil membenarkan letak topi SMP nya yang miring.

Karena bosan hanya diam saja, Saura menengokkan kepalanya ke belakang dan terkejut menemukan seorang cowok tinggi sedang menatap ke lapangan upacara dengan mata tajamnya.

"Ekhem, permisi. Boleh mundur dikit nggak?" tanya Saura hati-hati cewek itu sedikit takut karena jarak mereka yang menurutnya dekat.

Merasa ucapannya tidak direspon Saura kembali berdeham. "Permisi?"

"Apaan sih?!" sahut cowok itu akhirnya.

"Mundur dikit, kita terlalu dekat."

Dan akhirnya cowok itu mundur beberapa langkah membuat Saura mendesah lega. Pandangan Saura beralih pada kepala cowok itu yang ternyata tak menggunakan topi. Bisa-bisanya panas-panas begini tidak pakai topi? Tubuhnya tinggi pula. Kalau Saura tidak pakai topi sih tak apa karena tubuhnya yang mungil ditutupi oleh tubuh teman-teman di depannya.

"Nih topinya buat kamu. Kamu tinggi terus nggak pakai topi, pasti panas. Kalau Rara sih pendek jadi tubuh Rara ketutupan sama tubuh mereka," ujarnya sambil menunjuk orang-orang di depannya.

Cowok itu kembali melihat ke arah Saura dengan wajah bingungnya. "Apalagi?"

"Ini topi buag kamu," ulang Saura menyodorkan topinya.

"Pake aja, cuacanya panas. Lo cewek, pingsan bisa berabe."

"Ih gapapa, Rara nggak kepanasan, tubuh Rara ketutupan mereka."

Dan tanpa banyak bicara, akhirnya cowok itu mengambil topi biru milik Saura. "Thank's, besok gua balikin."

"Iya sama-sama, tapi nggak usah dibalikin. Besok kan pakai batik dan minggu depan sudah pakai seragam SMA, simpan aja buat kamu. Kenang-kenangan hari pertama MOS di SMA, eheheheh," Saura melebarkan senyumnya membuat matanya menyipit dan membuat kesan imut.

"Oke."

Saat Saura hendak membalikkan tubuhnya ke depan, rambut terasa tertarik dari belakang, cewek itu meringis sembari memegangi kepalnya. "Aws, sakit. Kamu kok tarik rambut Rara sih?" kata Saura sambil menoleh. "Padahal kan Rara udah coba baik sama kam-".

"Rambut lo nyangkut, ck."

Ucapan cowok itu membuat Saura menoleh sedikit dan benar saja rambutnya menyangkut di kancing cowok itu dengan cowok itu yang berusaha mengeluarkan rambutnya. Entah bagaimana caranya rambut itu bisa menyangkut.

"Cepet dikit bisa nggak? Rara sakit nih kepalanya gini terus."

"Dah." Setelahnya mengucapkan itu, Saura cepat-cepat menoleh dan tersenyum kecil.

"Terima kasih," katanya tulus.

Upacara telah selesai dan cepat-cepat Saura berlari mencari keberadaan Dara dan juga teman gugusnya.

Tanpa sadar semua yang dilakukan Saura diperhatikan oleh seksama oleh cowok bertubuh tinggi dengan mata tajamnya.

***

Cowok dengan mata tajam itu mengedarkan matanya, setelah pertemuannya dengan gadis aneh tadi entah mengapa membuat cowok itu jadi ingin bertemu lagi dengannya.

"Gio! Sini lo!" teriak temannya membuat Gio mau tak mau mengalihkan pandangannya.

"Apa?" sahutnya malas.

"Lo gugus berapa?" tanya temannya, Danu.

"Empat."

Lihat selengkapnya