Lo tau gak, Ra? Dari sikap lo ini gue bisa simpulkan. Kalau cowok itu makhluk yang nggak peka, sedangkan cewek makhluk yang penuh teka-teki.
-Ardyan Gio Syakuillen-
“Saura nggak OSIS lagi?” tanya Kafka ketika baru menyadari tak ada Saura di antara mereka. Karena saat ini anggota OSIS sedang kumpul membicarakan tentang kemah yang diadakan besok malam.
“Sakit katanya,” sahut Ara yang sedang sibuk melihat persiapan data-data kemah, biasanya Saura yang mengecek semua persiapannya, tapi karena Saura tidak ada maka diganti oleh Ara sebagai wakil ketua OSIS nya, tidak mungkin Bella-adik kelasnya-karena anak itu sudah memiliki tugas lain.
“Saura sakit apa lagi?” Tania bertanya.
“Biasa, rematik di kakinya kambuh.”
“Bah, sakit nenek nya kambuh lagi,” ejek Kafka, mungkin kalau ada Saura kepalanya sudah menjadi samsak pukulan gadis itu.
Virgo yang sedari tadi diam, mendekat ke arah Ara yang sedang teliti melihat proposal acara, dimulai dari kegiatan, peserta yang ikut sampai jadwal yang sudah ditentukan. “Saura ikut kemah gak?” tanya cowok itu pada Ara, sedangkan yang ditanya malah mengangkat kedua bahunya acuh.
"Menurut gue sih Saura ikut," sahut Vino.
Virgo menganggukkan kepalanya paham. "Jadi jumlah yang ikut setiap angkatan berapa orang?"
"Masing-masing perwakilan kelas 2 orang, total dari dua angkatan ada 40 orang, setiap angkatan ada 20, sisanya anak pramuka, OSIS dan PMR," jelas Ara detail.
Pandangan Virgo beralih pada Tania. "Jumlah pemasukan dan pengeluaran udah beres kan? Nggak ada yang perlu dibeli lagi?"
"Sudah aman terkendali," kata Tania.
"Ya udah kalau gitu pada pulang aja, siapin tenaga untuk besok."
"Kok tumben?" Kafka menautkan alisnya. "Biasanya juga sampe tengah malem kok di ruang OSIS. Santai-santai dulu lah."
"Gak bisa gue ada urusan."
"Ya udah lo aja sana yang pergi duluan, biar RO gue yang kunci," ucap Vino yang diangguki oleh Kafka.
Virgo tak ambil pusing, dengan segera ia itu mengambil tas nya yang berada di sofa ruang OSIS, lalu menyerahkan kunci nya pada Vino sebelum akhirnya melangkah meninggalkan semuanya setelah pamit undur diri.
Ara yang melihat Virgo pergi meninggalkan ruangan, buru-buru berlari mengejar langkah nya.
"Go tunggu." Langkah cowok itu berhenti lalu menoleh menatap Ara bingung.
"Kenapa? Gue buru-buru."
"Lo ... ma-mau ke rumah Saura?" tanya Ara sedikit terbata.
"Iya," sahutnya tanpa pikir panjang.
Ara tersenyum kecut. "Lo cinta banget ya sama Saura?"
"Kalo gue jawab banget, banget, banget, lo percaya?"
"Percaya," katanya miris.
Virgo mengangguk lalu kembali melangkah, tapi lagi-lagi langkahnya terhenti oleh suara Ara. Gadis dengan rambut sebahu itu berjalan menghampiri Virgo dengan mata berkaca-kaca.
"Terus gimana sama gue?" katanya lirih. "Boleh, gue berharap lo bakal jawab lebih cinta gue daripada Saura?" Gadis itu terkekeh geli, tahu bahwa jawabannya adalah tidak.
"Ra, kita pernah omongin ini sebelumnya. Udah ya gue buru-buru."
"Buru-buru atau udah nggak sabar ketemu orang tercinta?" Ara tertawa mengejek, lalu kembali berkata, "Saura nggak cinta lo Virgo! Cinta lo bertepuk sebelah tangan!"
"Iya, sama kayak gue yang juga nggak cinta lo. Ngaca, cinta lo juga bertepuk sebelah tangan, karena gue sama sekali nggak cinta lo Ra." Setelahnya pergi meninggalkan Ara yang sudah meneteskan air mata. Cowok itu seakan lupa siapa Ara di hidupnya.
***
Suara dering ponsel yang sedari tadi berbunyi menganggu tidur Saura membuat dia mengambilnya dengan kasar.
Mudah Samyang🍜
|Gue depan rumah lo nih|
|Lo di mana?|