Girl Power

Chey
Chapter #2

Girl Power 01 | Berita Panas

Kini ke-enam inti Moonlight berada di depan pintu kelas XI IPA 2. Terlihat kondisi kelas yang rusuh, namun tetap kondusif.

Seseorang menyadari keberadaan mereka, dia membenarkan letak kaca matanya lalu menghampiri enam siswi yang dia ketahui adalah murid baru di sekolah ini.

"Pindahan?" tanya Riandi yang diketahui adalah ketua kelas XI IPA 2.

Davina mengangguk. "Boleh masuk?"

"Tapi, sebelum itu gue mau ngasih tau kalo kelas ini cuma ada empat kursi kosong. Kalian bisa konsul sama kepala sekolah."

"Gak perlu, kami sudah dapat izin buat masuk dikelas ini." ucap Davina.

"Tapi kami lebih dulu ada dikelas ini, lo semua gak bisa se-enaknya." ujar Riandi.

Bila berdecak, "Baru satu bulan, kakek gue bahkan bertahun-tahun disini." ucap Bila membuat Riandi bungkam.

"Lama." Kanaya yang tidak sabaran langsung nyelonong masuk dan berdiri dihadapan semua murid XI IPA 2.

"Dua orang ada yang bersedia pindah kelas? Terserah kalian mau kelas mana, dia bakal kasih." tawar Kanaya sambil menunjuk ke arah Bila.

Hening. Sampai akhirnya salah satu dari mereka mengacungkan tangan, "Gue mau IPA 1." ucapnya dengan nada yakin.

Salah satu siswi dengan antusias ikut mengacungkan tangan. "IPS 3 BISA KAN??"

Kanaya mengangguk lalu memberi isyarat pada Bila.

"Ayo, ikut gue ke ruang kepala sekolah." ucap Bila sembari tersenyum kepada dua orang cewek yang bersedia menggantikan posisinya. Bila yakin, pasti mereka punya alasan sendiri untuk pindah kelas.

Senyum kemenangan terbit pada bibir Davina, dia melewati Riandi begitu saja lalu disusul dengan Anna, Ariel dan Luna.

Pas sekali terdapat enam meja kosong yang berada di pojok dinding. Kini meja itu sudah menjadi milik mereka, dan tidak dapat diusik.

-0o0-

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Di pojok kantin, lima orang terlihat kelelahan dan dibanjiri keringat.

Kesialan yang datang tadi pagi membuat The Atlantic harus pasrah menerima hukuman dari pak Supra. Sialnya lagi mereka diawasi ketat oleh pak Supra langsung. Namun ide cerdik mereka yang memanipulasi angka tetap saja membuat mereka lelah karena loncat berkali-kali.

"Ck, Devan mana sih? Gue haus!!" kesal Aleen.

"Paling lagi ngantri sambil dempet-dempet ke cewek-cewek disana." ujar Putra.

"Tadinya gitu, sekarang dia malah gosip noh sama cewek. Cek Ron, masuk list gebetan lo gak?" ucap Xavier sambil mengibaskan bajunya.

"Bukan gebetan, udah jadi mantan. Putus setelah 12jam jadian." jawab Aaron si playboy cap buaya dari The Atlantic.

"Anjay!! Sekarang udah keluarin hape aja tuh! Pasti mau modus minta nomor WA." ucap Kenzo namun tidak dihiraukan. Maklum, gara-gara dia kelima inti Atlantic jadi ngambek.

"WOI DEVAN!! BURUAN NGAPA?! HAUS GUA BANGKE!!!" teriak Aaron.

Devan yang sedang mengantri pura-pura tidak mendengar, lebih baik ia berbasa-basi dengan cewek yang baru saja ia temui.

Tak lama, Devan datang dengan lima gelas minuman dan sekotak susu yang tersusun di atas nampan.

Brakk

"Eh buset! Es teh gue tumpah bego!" kesal Putra.

"Tumpah dikit! Liat noh es jeruk gue, esnya loncat!" ucap Aleen.

"Banyak ngeluh lo semua! Gue yang pegel ngantri!" jawab Devan lalu duduk disebelah Kenzo yang sedang asik memainkan game Battlegrounds.

Xavier mengambil susu kotaknya lalu menyedotnya dengan santai, tidak seperti yang lainnya seperti orang yang tidak minum berbulan-bulan.

"Ketua apaan nih? Cemen amat minum susu. Gue dong, extra joss! Joss joss joss!" sindir Devan pada Xavier.

"Yang penting minuman gue lebih sehat dari punya lo pada." balas Xavier.

"Ngomong apa aja tadi lo sama mantan gue?" tanya Aaron.

"OH IYA!" Devan meletakan gelasnya lalu menggebrak meja, membuat Kenzo yang disebelahnya berdecak sebal karena lengannya tidak sengaja tersenggol Devan yang membuat Kenzo gagal membunuh musuhnya.

Lihat selengkapnya