Gita and Mey - Ariana Day

Cancan Ramadhan
Chapter #4

Chapter 3 - Pesan dari Alam lain

Jam menunjukkan pukul 7 malam ketika Rama memasuki rumahnya yang cukup mewah di kawasan Tangerang Selatan. Dia melepaskan lelah dengan duduk di sofa dan meluruskan kakinya. Tidak lama kemudian, Bi Narti yang merupakan asisten rumah tangganya, datang membawa minuman coklat hangat.

“Bi..” kata Rama sambil menyeruput coklat hangatnya. “Baju Gita yang bersih ada kan disini ?”

“Ada den Rama..” jawab Bi Narti. “Sudah bibi gosok dan rapihin di lemari, di kamar den Rama.”

“Saya minta tolong ya Bi. Masukkan beberapa baju Gita, yang santai, casual, ke koper saya yang warna merah di dekat lemari. Semua ya bi, termasuk daleman, skin carenya yang satu set itu di meja dekat tempat tidur, dan kosmetiknya juga.”

“Anu maaf den, memang Mbak Gita ngga mau tinggal disini lagi ?”

“Bukan itu bi. Dia mau liburan bareng Mey Ling. Sekarang dia udah nginep di rumah Mey, jadi ngga sempet packing. Tolong bantuin ya Bi.”

“Oh mau pergi sama Mbak Mey ya. Kirain berantem sama den Rama..”

Rama tertawa kecil sementara Bi Narti beranjak ke atas, ke kamar Rama untuk packing perlengkapan Gita sesuai permintaan Rama. Karena cukup lelah, Rama kembali meluruskan kakinya dan menyandarkan tubuhnya di sofa yang sangat empuk itu, tanpa terasa mata Rama mulai terpejam.

*****

“Git..” sapa Mey saat membuka pintu kamar.

Gita tengah memperhatikan sesuatu di laptopnya. Dia berada di kamar Mey saat ini, dan tidak mendengar sapaan Mey yang tengah berdiri di depan pintu.

“Git..” panggil Mey lagi.

“Ya..?” tanya Gita dengan tatapan yang masih tetap ke arah laptop.

“Kamu ngapain sih ? Serius amat ?” cetus Mey. “Itu makan malam udah siap, kita makan dulu yuk.”

Gita mengangguk, dia menutup laptopnya dan mengikuti Mey ke arah ruang makan yang letaknya ada di belakang. Ruang makan di rumah Mey letaknya sangat artistik. Posisinya berada di dekat halaman belakang yang hijau dan sejuk, dibatasi dinding kaca sehingga bisa melihat halaman belakang dan kolam renang. Hidangan makanan dengan variasi menu yang lezat terhidang di meja. Kedua sahabat itu makan dengan lahap sambil sesekali bersenda gurau. Setelah selesai makan, mereka berdua duduk di dekat kolam renang sambil menikmati sejuknya udara malam.

“Kamu tadi lihat apa sih di laptop ?” tanya Mey.

“Aku mencari tahu tentang Hari Ariana, tapi aku tidak menemukan satu artikelpun.” jawab Gita. “Aku juga mencoba mencari tahu di database terkait kasus yang terjadi di jawa timur, hasilnya sama, ngga ada satupun berita tentang Ariana dan Hari Ariana nya.”

“Mungkin karena kejadiannya di kota kecil, jadi tidak terekspos oleh pers dan media, Git.”

“Ngga, harusnya kalau kasus itu pernah dilaporkan, pasti tercatat di database. Terpecahkan atau tidak, seharusnya juga ada laporannya. Ini nihil, ngga ada catatan apapun.”

“Jadi apa yang terjadi menurutmu ?”

“Ada yang ngga beres. Ada sesuatu yang di tutupi, tapi entah oleh siapa dan kenapa?”

“Ko kamu bisa punya kesimpulan seperti itu, Git ?”

“Ya karena alasan yang tadi aku bilang. Seharusnya ada data yang terbaca, tapi ini ngga ada sama sekali.”

“Eh menurutmu, apa benar arwah Ariana yang gentayangan dan menculik anak – anak kecil yang berusia 10 tahun ?”

Gita mengangkat bahunya, “Entahlah Mey. Kalaupun itu benar, kenapa baru terjadi setelah 10 tahun ? Bukankah dia bisa melakukan hal itu sebelumnya ?”

Mey manggut – manggut seolah setuju dengan pemikiran Gita. Tidak lama kemudian, gerimis mulai turun, kedua wanita itu pun berjalan masuk ke dalam rumah agar tidak kehujanan, dan beberapa saat kemudian hujan mulai turun dengan deras.

*****

Duaarrrrr !

Suara petir menggelegar, mengagetkan Rama yang tengah mengemudi di tengah hujan yang sangat deras. Mobil Rama melaju perlahan di jalanan yang cukup sepi saat itu. Jarak pandangnya juga mulai tidak jelas karena derasnya hujan disertai angin. Tidak lama kemudian mobil Rama berbelok menuju jalanan yang cukup sepi dan sangat gelap karena malam itu hujan sangat deras. 

“Kenapa aku ada disini ?” gumam Rama dengan lirih. “Tadi kan aku pingin ke mini market yang deket gerbang perumahan.”

Rama berusaha melihat sekelilingnya namun karena hujan sangat lebat, dia tidak bisa memperkirakan dia ada dimana. Dia mencoba memperhatikan area belakang melalui kaca spion tengah, namun alangkah terkejutnya dia, ada seorang gadis kecil duduk di bangku belakang dan menatapnya dengan tajam melalui kaca spion. Seketika Rama menghentikan mobilnya, dengan cepat dia menengok ke jok belakang namun tidak ada siapapun disitu. Belum hilang rasa terkejutnya, kini gadis kecil itu sudah berada di kursi sebelah Rama. Gadis itu cantik, berusia sekitar 10 tahun, wajahnya sangat pucat, namun dia tersenyum pada Rama.

Lihat selengkapnya