Mey mengeluarkan kopernya, dibantu oleh Gita. Mina juga sudah membawa tasnya yang cukup besar. Mereka sudah berada di teras rumah Mey. Tidak lama kemudian, mobil Rama datang. Gita berjalan riang menghampiri kekasihnya itu setelah dia turun dari mobil.
“Perlengkapanku ga ada yang ketinggalan kan, sayang ?” sapanya sambil mencium pipi Rama.
“Sudah semua.” jawab Rama. “Senjata dan lencanamu ada di tas kecil yang ada di sebelah koper ya.”
Gita mengangguk, “Aku pikir kamu udah ama Banyu pas kesini. Dia jadi ikut ?”
“Jadi ko, tapi dia bilang mau langsung kesini naik motor.”
“Jam segini ko belum nongol, kita bisa kesiangan ntar..”
“Mungkin sebentar lagi sampai.”
Rama membuka pintu belakang mobilnya untuk memberi kesempatan Mey dan Mina memasukkan barang bawaan mereka. Saat kedua orang itu sibuk menata koper dan barang muatan yang dibawa, Rama membawa Gita menjauh dari mobil.
“Aku melihat sesuatu semalam..” kata Rama lirih.
“Maksudmu ?” tanya Gita.
“Aku bermimpi melihat penampakan, seorang anak kecil berusia 10 tahunan.”
“Maksudmu kamu di datangi Ariana ?”
Rama menggeleng, “Gadis cilik itu bilang dia bukan Ariana, tapi dia mengetahui apa yang terjadi disana.”
“Apa dia cerita sesuatu ?” tanya Gita lagi.
“Ngga, tapi dia memberi petunjuk. Dengar Git, jika apa yang dikatakan anak itu benar, masalah di lawangijo tidak seperti yang terlihat. Jauh lebih rumit dan mengerikan.”
“Aku ngga paham, jadi apa yang terjadi menurutmu ?”
“I’m not sure. Satu hal yang aku tahu pasti..”
Rama membisikkan sesuatu di telinga Gita yang membuat Gita tersentak kaget.
“Are you sure about that ?” tanya Gita dengan suara bergetar.
Rama mengangguk, dia memberikan sebuah kotak sebesar korek api pada Gita.
“Peluru emas..” katanya. “Kamu memerlukannya, aku yakin kamu tahu kapan saat menggunakannya.”
Gita memasukkan kotak berisi peluru emas itu ke saku celananya. Tidak lama kemudian terdengar deru motor sport mendekat. Semuanya menoleh ke arah motor yang kini sudah memasuki halaman rumah Mey. Pengemudinya membuka helmnya lalu tersenyum pada semuanya. Dia adalah Banyu, sepupu Rama.
“Si sableng tiba..” cetus Mey cuek. “Udah senyam senyum aja kayak yang paling ganteng aja.”
“Halo everybody..” sapa Banyu. “Jagoannya dateng nih. Anyone miss me ?”
“Mass miss, mass miss.. Udah sana siap – siap, udah dateng paling siang, malah cengengesan.” tukas Mey sambil tetap menata barang di bagasi mobil Rama.
“Mey Ling Tirtanegara..” sapa Banyu. “I miss you so much. Udah lama ya sejak kebersamaan kita di kastil Van Der Jonk.”
“Kebersamaan jidat lu meleduk, udah sini mana tas mu, biar aku susun rapi di bagasi.”
“Kamu galak banget sih, Mey. Membuat aku makin suka ma kamu. Aku tuh..”