Gita dan Mey berjalan menuju salah satu saung yang ada di sisi yang berlawanan dengan tempat Banyu dan Ririn tadi. Ketika keduanya sudah duduk di saung itu, Gita mengeluarkan dua mutiara naga miliknya.
“Kenapa dengan mutiara naga mu ?” tanya Mey.
“Apa kamu ingat Rama memberi kita mutiara naga berapa ?” tanya Gita balik.
“Aku dan Banyu dikasih dua, dan kamu dikasih ti…”
Mey menghentikan ucapannya lalu melihat Gita dengan tatapan serius.
“Punyamu ilang satu atau sudah terpakai ?” tanya Mey dengan nada cemas.
“Terpakai..” jawab Gita. “Aku berjalan ke arah Kaliabang yang ada di belakang kantor polisi tapi entah bagaimana aku terseret masuk ke alam lain, aku bertemu Ki Gandum yang membimbingku ke tempat yang tepat sebelum aku menginjak mutiara ini untuk kembali ke alam nyata.”
“Apa ada saksi yang melihatmu saat pindah alam ?”
Gita mengangguk, “Di kantor polisi itu hanya ada dua polisi, dan dua – duanya ikut di belakangku saat aku berjalan ke arah sungai, namun sepertinya mereka mengetahui bahwa di situ ada portal ke alam gaib, sehingga tidak mengikutiku saat aku tersesat. Mereka bahkan terlihat bingung saat aku kembali.”
“Jadi maksudmu polisi disini tahu apa yang terjadi ?”
“Iya Mey. Ada yang ga beres di kota ini. Aku merasa ada yang terganggu dengan kehadiran kita.”
“Jadi apa yang akan kita lakukan, Git ?”
“Aku akan baca berkas ini dulu sebelum memutuskan apa yang harus aku lakukan.”
Mey manggut – manggut, Gita memasukkan kembali sisa mutiara miliknya di saku bagian dalam jaketnya.
“Sebaiknya kita kembali dulu ke rumah Mbak Mina,” kata Gita. “Aku ingin membaca berkas ini.”
“Ok, kita lewat situ aja, sepertinya jalannya memutar kembali ke arah rumah Mina.” kata Mey sambil menunjuk arah lurus dari saung.
“Kenapa harus memutar ? Kita kembali ke jalan awal saja, sekalian ngajak Banyu balik.”
“Aku mau ke minimarket dulu, Git. Kalo Banyu biarin aja, dia kalo ngerayu cewek pasti anteng dan lupa waktu.”
Gita mengangguk, kini mereka beranjak mengikuti jalan yang ditunjukkan Mey. Jalan itu lurus langsung menuju jalan raya. Setelah berjalan sekitar seratus meter, keduanya melihat minimarket yang dimaksud Mey, dan memasukinya. Di dalam minimarket, Mey mengambil keranjang dan berbelanja berbagai macam snack dan minuman dingin. Gita yang berada di dekat pintu tampak melihat sosok gadis kecil yang tengah memandangnya, pakaian gadis kecil itu tampak lusuh dan kotor, rambutnya juga berantakan, wajahnya begitu memelas. Dengan pelan dia membuka pintu itu dan tersenyum pada gadis kecil itu.
“Hei..” sapanya lembut. “Kamu kenapa berdiri di pintu ? Kamu mau beli apa ?”
Gadis kecil itu menunjuk gambar permen warna warni di poster yang di tempel di pintu mini market itu.
“Sebentar ya, kamu tunggu disini, kakak beliin.” kata Gita.
Gita kembali masuk ke minimarket dan tidak lama kemudian dia keluar membawa permen yang di inginkan gadis kecil itu.
“Ini untukmu..” katanya. “Dan ini ada roti serta minuman dingin, kamu kelihatan lapar.”
Gadis kecil itu mengangguk, wajahnya terlihat bahagia mendapatkan permen, makanan dan minuman dari Gita.