Sore itu di sebuah coffeeshop yang ada di daerah seminyak, Bali. Rama terlihat sedang berbincang dengan Garneta yang tadi siang secara tidak sengaja bertemu di gedung lokasi KTT Asia. Mereka berdua tampak berbicara akrab sambil sesekali bercanda dan tertawa.
“Jadi sekarang siapa pacarmu ?” tanya Rama.
“Belum ada ko,” jawab Neta. “Aku baru putus setahun yang lalu.”
“Itu sih udah lama, move on lah, cari yang baru.”
“Pinginnya ma kamu, tapi takut ah, ntar di tembak ama Gita.”
Rama tertawa kecil kemudian dia teringat omongan gadis kecil yang menghantuinya beberapa hari terakhir ini. Dia menatap Neta yang tengah memakan sosis bakar khas coffeeshop itu.
“O iya Net, aku mau tanya sesuatu..” kata Rama dengan hati – hati. “Apa kamu pernah ada hubungan dengan seorang anak kecil perempuan ? usianya sekitar sepuluh tahun. Rambutnya kira – kira sebahu lah, wajahnya bulat dan cantik.”
“Namanya siapa ?” tanya Neta masih sambil menikmati sosisnya.
“Entahlah,” jawab Rama. “Aku belum tau namanya.”
“Kalo menurut kamu hubungan dalam pekerjaan, menurutku ga ada, karena aku bukan dokter anak. Kalo di luar pekerjaan juga kayaknya ga ada deh seingetku, adikku kan cowok. Emang kenapa, Rama ?”
Rama mengangkat bahunya sambil tersenyum, dia berusaha berhati – hati berbicara, “Entahlah Net, tapi menurutku dia saat ini sedang sedih dan dia bilang padaku kalo dia mengenalmu.”
Neta mengerutkan alisnya, “Mengenalku ? Masa sih ? kamu ada foto anak itu ? Coba sini aku lihat.”
“Ngga ada Net, aku ngga punya fotonya. Kebetulan aja aku ketemu dia tadi siang, setelah kita ketemu. Dia bilang dia mengenalmu.”
Neta menggeleng, “Aku ngga bisa konfirmasi kalau belum melihat wajahnya, lagipula kalaupun dia mengenalku, lalu apa urusannya ?”
“Aku juga belum tahu, hanya saja dia bilang kamu tahu sesuatu tentang dia. O iya apa kamu pernah bepergian ke lawangijo ?”
“Lawangijo ? Ngga pernah sih. Kenapa kamu nanya itu, Rama ?”
“Menurutku anak kecil itu berasal dari lawangijo.”