Gita and Mey - Ariana Day

Cancan Ramadhan
Chapter #15

Chapter 14 - Hipotesis Gita Yang Mengejutkan


“Jadi Cantika saat itu sedang bermain bersama teman – temannya ?” tanya Gita.

Gita saat ini berada di rumah Cantika, gadis kecil yang hilang di tahun 2010, Orang tua Cantika tampak sedih saat ini, karena bercerita tentang putri mereka seolah membuka luka lama yang sangat dalam.

“Iya mbak,” jawab Ibu Cantika. “Saat itu yang saya tahu dia bermain bersama teman – temannya di dekat lapangan yang ada di ujung jalan ini. Menurut beberapa temannya, dia semula bermain bersama mereka, sampai akhirnya dia tiba – tiba pergi menuju alas.”

“Apa ada yang di lihatnya di Alas ? Atau mungkin ada yang mengajaknya pergi ?” tanya Gita lagi dengan hati – hati.

“Teman – temannya tidak melihat apa – apa. Mereka melihat Cantika pergi tiba – tiba tapi sambil tertawa seolah dia sedang bersama seseorang. Saat sudah berada di tepi alas, salah seorang tetua disini yang bernama Ki Damar melihatnya. Tapi Ki Damar bersumpah bahwa Cantika tengah berjalan bersama Ariana di tepi alas itu.” Ibu Cantika menjelaskan. “Padahal saat itu masih pagi, tapi kabut cukup tebal menyelimuti kota ini, bisa saja Ki Damar salah melihat saat itu.”

“Hampir seluruh warga melakukan pencarian..” sambung Ayah Cantika yang terlihat sendu tatapannya. “Tapi kami tidak menemukan apapun.”

Ibu Cantika mulai menangis tersedu, sepertinya memory tentang putrinya kembali menghujam hatinya. Suaminya berusaha menenangkannya dengan memeluknya, Gita tampak sedih melihat pemandangan di hadapannya. Dia menunggu dengan sabar sampai kedua orang tua Cantika bisa berkomunikasi kembali. Beberapa saat kemudian tangis kedua orang tua Cantika pun berhenti. 

“Maaf kalau membuat kenangan pahit bapak dan ibu muncul lagi..” kata Gita. “Saya ingin membantu memecahkan misteri ini.”

Kedua orang tua Cantika mengangguk, Ayah Cantika lalu berkata dengan suara parau, “kami sangat berterima kasih sekali Mbak. Dan kami berharap ada titik terang setelah tiga tahun buntu.”

“Sebelum Cantika hilang, apakah ada sesuatu yang aneh ?” tanya Gita. “Mungkin sesuatu yang di luar kebiasaan Cantika ? Sikapnya, atau apa saja yang tidak biasanya terjadi kepadanya.”

Ayah Cantika menggeleng, “Seingat saya sih, ngga ada ya Mbak, dia seperti biasanya, tidak ada…”

“Ada..” potong Ibu Cantika. “Ada pak, apa bapak lupa ? Tiga hari sebelum kejadian, Cantika sakit, dia demam..”

“Demam ?” tanya Gita penasaran. “Sakit biasa atau..?”

“Entahlah mbak, kami memberi obat warung, tapi panasnya ngga kunjung turun, akhirnya kami bawa ke dokter.” jawab Ibu Cantika. “Dokter memberinya obat yang cukup manjur karena panasnya langsung turun.”

“Apa dokter bilang sakit apa ?”

“Tidak, dia hanya bilang supaya Cantika tidak kapok jajan di sekolah, hanya karena sakit.”

Gita mengerutkan keningnya lalu berdiri, “Apa saya boleh melihat kamar Cantika ?”

Ibu Cantika mengangguk, dia lalu mempersilahkan Gita memasuki rumahnya yang sederhana, kamar Cantika ada di tengah rumah. Saat Gita membuka pintunya, bau melati langsung tercium.

“Dia suka wangi melati..” kata Ibu Cantika. “Makanya kami selalu menaruh melati segar setiap hari. Kamarnya juga selalu saya bersihkan.”

Pandangan Gita menyapu seluruh ruangan, matanya seolah mencari sesuatu yang bisa ditemukan sebagai petunjuk. Akhirnya pandangannya terhenti di sebuah toples kaca yang berukuran sedang, di dalamnya terdapat beberapa permen batang dengan bentuk yang lucu seperti kepala singa, panda, kucing.

“Ini permen kapan ?” tanya Gita. 

“Tiga tahun yang lalu, sebelum kejadian.” jawab Ibu Cantika sembari mengambil toples itu. 

Gita membukanya dan mengambil satu permen lalu mencium kepala permen yang berbentuk kepala singa itu. 

“Saya minta satu yang ini ya Bu..” ujarnya. “Saya butuh untuk meneliti sesuatu.”

Ibu Cantika mengangguk. Gita kemudian mendekati lemari kecil dengan gambar Sailor Moon yang ada di sudut kamar. Dia mengambil foto yang ada di atas lemari kecil itu.

“Itu Cantika..” kata Ibunya. “Dia cantik dan lucu seperti fotonya.

Gita mengangguk, dia tidak menyadari bahwa gadis di foto yang bernama Cantika itulah yang memperlihatkan diri di hadapan Rama, dan juga pernah mengetuk pintu hotelnya malam itu.

Setelah mengambil beberapa foto suasana kamar dengan menggunakan HP nya, Gita lalu berpamitan pada kedua orang tua Cantika. Dia berjalan santai keluar rumah. Setelah beberapa langkah, dia melihat jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 13.10, tapi panorama disitu seakan saat itu sudah sore. Itu karena langit mulai gelap pertanda akan turun hujan. 

Gita berlari kecil agar cepat sampai di rumah Mina, jarak rumah Cantika dengan rumah Mina memang tidak jauh, hanya sekitar 600 meter. Beberapa menit kemudian, Gita sudah sampai di rumah Mina, hujan gerimis mulai turun. Dia melihat Mey dan Banyu tampak sedang berbincang di ruang tengah. 

“Ririn mana ?” tanya Gita.

“Udah pulang ke rumahnya.” jawab Mey. “Gimana Git ? Ada perkembangan ?”

Gita tidak menjawab, dia lalu melihat Banyu, “Gimana hasil lab ? Kamu udah dapet ? Lalu apa kata Rama ?”

“Satu – satu dong pertanyaannya..” tukas Banyu. “Ini hasil lab.”

Banyu menyerahkan sebuah amplop tertutup pada Gita, lalu menyerahkan kertas yang di catatnya dari kata – kata Rama saat berkomunikasi tadi siang. 

“Tulisan ku terbaca kan ?” tanya Banyu.

Lihat selengkapnya