“Tante sudah bilang, kan, tadi? Kamu ngeyel sih!” omel Tanteku, saat ia baru saja sampai di rumah.
“Maafin Tyara, ya ….”
“Nggak. Ini bukan salahmu,” selanya. “Ini salah Tante. Tapi, saya pun tidak bisa berbuat banyak. Harusnya saya yang minta maaf ke mau Tyara,” ujarnya, sambil menghembuskan napas kasar.
Alisku saling menusuk memikirkan semua ini. “Kenapa Tante jadi formal ke aku?”
“Kaku, ya? Ahhh … sudahlah,” katanya, lalu memijat pelipisnya. “Selama bertahun-tahun mengajar, Tante belum pernah bertemu dengan Spesies murid seperti Renno. Renno itu cerdas tapi dia juga punya sisi brandalan. Entah apa yang terjadi dengan saraf otak anak itu.”
Aku tidak mau memikirkan Renno. Kejadian hari ini benar-benar membuat kepalaku pening. Hanya karena aku membuka bindernya, ia jadi marah dan membentakku sangat kasar. Belum lagi dengan gadis yang bernama Vindy itu. Menjengkelkan sekali dia. Bisa-bisanya menuduh orang sepertiku pacaran dengan Renno. Aku saja belum pernah pacaran!
Dasar sinting!
“Ya sudah. Tante mau ke kamar dulu,” pamit Tante. Aku menganguk.
Kuembuskan napas kasar berulang kali lalu bersandar pada sandaran sofa. Sedari tadi aku duduk tegak tanpa bersandar, karena tegang mendengar omelan Tante, akhirnya badanku terasa kaku.
Aku lelah, sungguh. Rasanya, aku sedang hidup di dalam scenario yang aneh. Aku tidak paham mengapa alur hari ini terasa rumit. Aku yakin, ini pasti ada yang menghasut Vindy sampai ia salah paham. Tapi siapa?
Ting!
Satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
“Urusan lo sama gue belum selesai, ya! Ingat. Gue selalu pantau pergerakan lo, meski kita beda sekolah! ~VR”
Ya Allah. Siapa lagi ini?
Siapa juga VR?
Apa ini Vindy? Lalu ‘R’ ini … Renno?
Apa ini artinya yang mengirimkan pesan ini Vindy dan Renno?
Atau …
Vindy sengaja menggunakan nama Renno, agar aku tak rebut cowok itu darinya?
Entahlah, aku lelah!
Kupikir, setelah kejadian kemarin, maka semua akan kembali normal. Ternyata ….
Saat tengah berjalan di koridor, kulihat banyak orang yang sedang berkerumun. ketika aku mendekat mereka menunjukan tatapan benci. Aku menoleh lalu mendapati gambaran diriku bersama Renno dan Vindy. Pada bawah gambar tertulis keterangan.
‘Gadis berjilbab. Orang ketiga antara Renno dan Vindy!’
Miris. Siapa yang berani menuduhku seperti itu? Jika memang aku dianggap salah, salahkan aku saja. Jangan bawa-bawa jilbabku!
“Kok, muka cewek berjilbab itu mirip lo, sih?” tanya seorang cewek.
Serentak saat itu juga hujatan-hujatan menghujaniku tanpa ampun. Kantung mataku rasanya sudah tak mampu menahan kandungan air agar tak tumpah.
“Kalian salah. Bukan seperti itu jalan ceritanya. Kalian salah!” elakku, sambil berlinang air mata.
Tuduhan. Cacian dan makian. Apa ini? Aku tidak pernah mendapatkan ini semua sebelumnya.
“Lo juga yang kemarin bikin heboh di lapangan sama Renno, kan? Wah, siapa si lo? Gue baru liat lo. Mau cari pamor, lo, hah?!” tambah gadis lain takkalah pedasnya.
“Kalian salah! Bukan … bukan seperti itu!” bantahku.
“Apa-apaan ini?”
Suara itu seketika mengheningkan kerumunan yang beradu menuduhku yang bukan-bukan.
“Tyara. Kamu kenapa?” tanya Bu Nila.
Aku harus meminta perlindungan. “Saya di tuduh, Bu,” jawabku, lalu memberikan kode dengan melirik mading.
“Siapa yang menyebarkan berita seperti ini?”
Alih-alih saling menduga-duga siapa pelaku yang menempelkan berita bohong, mereka malah memperkeruh keadaan dengan beradu mulut dengan Bu Nila. Kenapa tak mereka akui saja perbuatan mereka? Oya, lupa. Penjara akan penuh jika si pelaku mengakuinya.
Adu mulut pun berakhir dengan anacaman yang diberikan pada Bu Nila ke anggota manding.
Hah? Begitu saja?
Iya. Begitu saja.
Lalu aku bagaimana?
Kerumunan itu sudah tidak ada lagi, mereka sudah bubar. Aku juga turut angkat kaki dari tempat itu. Sial sekali, ini masih pagi dan aku sudah di hadapkan oleh masalah
“Hai,” sapa seseorang, aku pun berbalik.
“Siapa? Kamu mau nuduh aku lagi seperti yang lainnya?”
Ia tersenyum kecut. “Ngapain juga gue nuduh lo! Kenalin, gue Natalie. Gue mantannya Renno yang ke lima belas,” ucapnya memperkenalkan diri. Rasanya malas sekali menanggapi cewek di depanku ini, secara dia adalah mantannya Renno.