Give up

dawai jingga
Chapter #10

Berbeda

Berjalan menyusuri keramaian kampus dipenuhi ribuan mahasiswa dengan setumpuk kertas di tangannya, yang sibuk dan bingung akan deadline tugas sudah didepan mata. Panas terik matahari siang itu tak terasa karena terlindungi pohon-pohon besar dan rindang yang mungkin sudah ditanam sejak puluhan tahun silam. Bangunan kampus sangat luas terdapat banyak ruang kelas yang dikelilingi pohon besar yang rindang, setiap bangunan terdapat tingkat 3 lantai dan itu paling tinggi. Itulah gambaran kampusku dan aku suka, dengan konsep back to nature, memberi kesan lebih alami. Jadi kampusku bukan bangunan tinggi yang terdapat banyak lantai, yang semua ruangan indoor dan ber AC.

Aku dan Silla berjalan masuk ke ruang kelas. “ gak nyangka kita udah semester 3,” ucap Silla. “ iya padahal kayak baru kemarin kita ospek,” sahutku. Hari itu, hari yang selalu aku ingat tanpa aku meminta otakku untuk mengingat dengan otomatis selalu teringat, dimana Silla bilang kepadaku tentang Niko yang menanyaiku,“Nayma udah punya cowok belum Sil ?”. Saat itu jujur aku sedikit syok terdengar sedikit berlebihan kan?, namum memang begitu kenyataannya. Tanpa ku sadari ternyata sudah muncul benih-benih rasa itu dihati tetapi otakku selalu menolak dan meyakinkan diriku sendiri untuk menyelak rasa yang muncul itu. 

“Hahaha apaan sih Sil,” aku hanya bisa menjawab itu, dengan sekuat tenaga aku menahan menyembunyikan ekspresi yang sebenarnya aku rasakan. “Menurutku Niko suka kamu Nay,” ucap Silla dengan tersenyum menggoda. Aku yakin saat itu pasti Silla tahu kalau aku juga ada perasaan suka ke Niko. Tetapi dia tetap diam dan tersenyum melihatku dengan raut muka seolah-olah bilang kepadaku “ tidak apa-apa Nay, kamu suka Niko itu bukan aib yang harus kamu tutupi.” Untuk mengalihkan pembicaraan ini dan menunggu dosen yang belum datang aku ajak Silla ke kamar mandi, keluar dari ruang kelas bertemu Niko dengan Caca yang jalan berdua menaiki anak tangga menuju lantai 2. Dari jauh mata kita sudah saling menatap, gak tau kenapa rasanya jadi canggung begini tidak seperti biasanya. Melihat dia bersama Caca muncul rasa aneh didalam hati, seperti kita menaiki anak tangga sudah dapat setengah menuju puncak tetapi harus turun karena ada yang ketinggalan. 

Lihat selengkapnya