Pagi harinya sebelum berangkat kuliah aku cek handphone berkali-kali juga tidak ada SMS dari Niko. Sampai di kampus pun juga tidak bertemu Niko, Islan yang biasanya kemana-mana bersama saat itu sendiri aku tanya Niko di mana dia tidak tahu. Iyon pun yang satu kos sama Niko juga tidak tahu Niko di mana. Tidak seperti biasanya kalau Niko marah tidak selama ini aku putuskan untuk SMS Niko “sayang kamu di mana?” aku tunggu tidak dibalas-balas sampai sore hari aku selesai kuliah baru di balas “aku di kos sayang.” Sampai di kos Silla aku balas “sayang makan yuk” aku tunggu-tunggu belum dibalas juga.
Aku mau bikin surprize pas kita makan sorenya sekalian bilang kalau aku tidur di kos jadi bisa nonton film yang dia mau. Aku tidak peduli Ibuku bakal marah lagi yang aku pikirkan cuma ingin bertemu Niko. Sampai adzan sholat isya Niko belum membalas tetap aku tunggu aku yakin pasti Niko balas. Akhirnya aku SMS Niko lagi “sayang aku ini nginep di kos ayo kita nonton film yang kamu mau kemarin” aku tunggu-tunggu tetap tidak di balas. Dino dan Silla pergi bersama tinggal Nindi di kos karena dia tidak tega meninggalkanku sendiri di kos Nindi mengajakku makan di warung depan kos di sana di susul Iyon dan Islan aku tanya ke mereka,
“Niko kemana sih kalian tahu gak?”
“Kagak tau Nay kagak keliatan dari tadi di kos” ucap Islan.
“Setahuku dia pergi udah dari tadi pagi Nay” ucap Iyon.
“Oalah” jawabku singkat.
“Lha kamu enggak SMS an?” tanya Iyon.
“Ya SMS dia bilangnya di kos tapi gak ada”
“Ya udah Nay di sini aja sama gue” ucap Islan mencoba menghibur. Aku hanya tertawa jujur aku bingung harus kemana mencari Niko aku sangat menyesal kemarin menolak ajakan dia aku takut kalau Niko kenapa-kenapa. Karena kelewat panik aku butuh coklat untuk menenangkan pikiran.
“Nin tak ajak ke mini market yuk mau beli coklat” ucapku.
“Ayok” ucap Nindi.