Give up

dawai jingga
Chapter #22

Ternyata

Berdamai dengan diri sendiri itu harus kita lakukan. Berdamai dengan keadaan yang ada dan menerima apa yang kita punya. Berdamai dengan luka-luka yang kita berjuang sendiri untuk sembuh. Membuat kita lebih bisa menikmati hidup yang kita jalani.

Selesai kuliah pagi kita semua kecuali Niko ke tempat kantor BEM untuk mendaftar menjadi anggota BEM. Kita sudah di tunggu dengan kak Malik di kantor BEM, mereka sangat ramah menyambut kedatangan kita. Walaupun kita baru bergabung mereka sudah memperlakukan kita seperti keluarga besar BEM. Menjadikan kita cepat akrab dengan anggota yang lain karena mereka sangat terbuka dan baik. 

Apalagi kak Malik yang selalu membantu kita di saat kesusahan dalam menjalankan tugas BEM yang di tanggung jawab kan kepada kita. Setelah menjadi anggota BEM kita disibukkan dengan banyak kegiatan pertemuan untuk diskusi dan banyak kegiatan lainnya di dalam maupun di luar kampus. Karena semakin sering bertemu dengan kak Malik di dalam maupun di luar forum kegiatan BEM hubungan kita semakin akrab. Tidak hanya berkomunikasi saat bertemu saja tetapi kita sering berkomunikasi di BBM. Siang hari setelah selesai kuliah kita main ke kantor BEM sekedar mampir duduk sebentar. Ternyata di sana ada kak Malik dan yang lainnya yang sedang menunggu jam masuk kelas,kalau bertemu mereka kita bisa ngobrol banyak hal dan bercanda. Semua terdiam setelah merasa capek bercanda dan banyak tertawa. Kita mulai fokus dengan handphone masing-masing. Kak Malik tiba-tiba bertanya tentang Niko kepadaku padahal kita tidak pernah membahas Niko sebelumnya,

“Nay kamu putus sama Niko gara-gara si Rinta?.”

Aku sempat kaget tidak ada angin tidak ada hujan kenapa kak Malik tanya kayak gitu,

“Hah tahu dari mana kamu kak?” tanyaku.

“tahu lah udah bukan rahasia umum lagi Nay beritamu putus sama Niko” ucap kak Malik.

“Hahaha sensasional kamu Nay” sahut Silla.

“Oalah hahaha lha kenapa kak tanya gituan?” ucapku.

Memang di saat aku putus dengan Niko berita itu menyebar cepat di berbagai kelas, di antara mereka banyak yang memberiku dukungan agar tetap kuat. Tidak hanya teman dari satu angkatan, tetapi juga kakak tingkat yang seangkatan dengan mbak Rinta.

“Aku dulu sempat dekat dengan Rinta” ucap kak Malik.

“Hah serius kak?” sahut Nindi.

“Kapan deketnya kak?” tanyaku.

“dulu awalan kuliah dia kan jadi panitia ospek yang penanggung jawab di kelasku” ucap kak Malik.

“Hah dia kakak tingkatmu jadi kak?” tanyaku.

“Iya Nay” ucap kak Malik.

“Lha dulu awal bisa deket gimana kak?” tanya Nindi.

“Ya dari ospek itu dia kan lumayan cantik kan apa lagi suaranya imut jadi banyak yang minta pin BBMnya” jawab kak Malik.

"Parah, oalah jadi gitu cara dia tebar-tebar pesona sama mahasiswa baru baru deh ngincer yang bening" sahut Sita.

"Hahaha parah kamu Sit" ucapku.

"Ya emang dia gitu orangnya" sahut kak Malik.

"Dulu kan kita juga yang ospekin si Rinta, inget gak kamu dulu kan Niko kalau duduk selalu di belakang terus Rinta juga seringnya di belakang deket Niko" ucap Silla.

"Apa iya sih, aku gak ngeh dulu dudukku kan didepan terus" ucapku.

Lihat selengkapnya