Pagi sebelum masuk kelas menyempatkan untuk sarapan bubur ayam di depan kampus karena nanti tidak ada jeda untuk istirahat. Kita makan dengan terburu-buru karena takut terlambat masuk kelas. Dino dan Iyon sudah masuk kelas duluan karena dosen mereka sudah datang. Sambil menunggu dosen datang aku dan Silla duduk di hall fakultas, terlihat dari jauh Niko dan mbak Rinta yang sedang berjalan menaiki tangga menuju kelas, sebelum mereka berjalan melewati kita Niko disapa oleh Silla “hai Nik.” Niko menjawab sapaan Silla “hai juga Sil” kemudian Niko menatapku dengan tersenyum dan aku hanya membalas menatap Niko dengan muka datar. Rasanya malas bertemu mereka, mimpi apa semalam pagi-pagi sudah bertemu penganggu. Mbak Rinta hanya diam saja dan berekspresi jutek saat mereka jalan melewatiku mbak Rinta menggandeng tangan Niko padahal sebelumnya mereka berjalan biasa tanpa bergandengan tangan. Sangat jelas itu hanya untuk memanas-manasiku, aku sempat emosi untungnya aku masih punya banyak stok sabar.
“Parah gak tahu malu banget sih si Rinta itu” ucap Silla.
“Urat malunya udah putus itu, bisa-bisa kayak gitu” jawabku.
“Liat gak mukanya tadi jutek banget, harusnya kan yang jutek itu kamu Nay” ucap Silla.
“Udah lah biarin aja, masuk kelas yuk tu dosennya udah dateng” ajakku.
Aku tidak habis pikir ada manusia model mbak Rinta, dia yang jahat berlagak seakan-akan dia yang dijahati begitu juga dengan Niko, masih bisa-bisanya tersenyum seperti orang tidak punya dosa. Pembelajaran kuliah pagi itu berjalan terasa cepat tahu-tahu sudah berakhir. Kita keluar kelas karena dosen selanjutnya belum datang aku dan Silla duduk di hall. Suasana hall sangat ramai karena pergantian jam kuliah pada pindah dari kelas ke kelas. Sialnya lagi kita bertemu mbak Rinta, dia sendirian lewat di depan kita yang sedang duduk. Anehnya dia berjalan lurus tetapi mukanya menghadap ke kiri mungkin dia tidak mau melihatku. Kehabisan kata-kata kalau membahas mbak Rinta,
“tadi aja pas sama Niko songong banget, eh sekarang sendirian kayak tikus ketemu kucing” ucap Silla.
“Hahaha dasar aneh” jawabku.
Sore harinya selesai kuliah Silla ikut lomba bulu tangkis antar fakultas, tempat lombanya di Gor fakultas ekonomi. Aku dan teman-teman satu angkatan menjadi suporter untuk mendukung Silla. Kita duduk di seberang pintu masuk Gor, pas melihat ke arah pintu masuk Gor aku melihat Niko dan mbak Rinta ada di pintu masuk dan mereka juga sedang melihatku. Mungkin karena ada aku mereka balik keluar tidak jadi masuk ke dalam Gor. Demi apa hari itu aku merasa sial, dari pagi sampai sore bertemu mereka. Kedamaian hidupku terasa terganggu ketika bertemu mereka.
“Liat Niko sama Rinta gak tadi kamu Nay?” tanya Sita.
“Iya Sit aku liat mereka terus keluarkan, mungkin karena ada aku” jawabku.
“His inginku jambak rambutnya Rinta” ucap Sita.