Glitch : The Real World

Nugroho Alif Putranto Ibrahim
Chapter #2

Chapter 2 : Penembak Virtual

"Selamat datang di 'The Last Hero'! Selamat bermain!" kata suara sistem permainan dalam ruangan, disusul tulisan hologram pada langit-langit. Itu adalah pertanda bahwa pertandingan segera dimulai.

Tidak lama setelahnya, Dino dihadapkan pada layar yang menunjukkan kumpulan baju pelindung tubuh. Ia memilih set [Militer] untuk menyesuaikan dengan genre yang dimainkan mereka berdua. Seketika, seragam SMA yang ia kenakan tertutupi oleh seragam prajurit yang bertugas di medan perang lengkap dengan rompi anti peluru berwarna hitam. Lawan yang ada di depannya mengenakan pakaian yang serupa.

Setelah pelindung tubuh mereka yang tidak nyata telah terbentuk, berikutnya masing-masing dari siswa SMA itu memilih senjata. Sang remaja berambut pirang memilih senapan AK47 yang terkenal, sedangkan musuhnya menggunakan FN P90 yang mempunyai Rate Of Fire* yang tinggi.

Ruangan yang semula kosong mulai berubah. Di belakang sang kakak yang membalaskan dendam adiknya, sebuah rumah terbentuk dari hologram secara perlahan. Kedua orang yang akan bermain mundur hingga ke sisi ruangan yang masih kosong, untuk membiarkan rumah palsu tersebut selesai diproyeksikan. Setelah itu, lingkungan di sekitar dua pemain berubah menjadi taman yang penuh dengan bunga, mengelilingi rumah ala zaman belanda di sisi lain ruangan.

[Tahap persiapan telah selesai.] ucap sistem permainan dalam ruangan. Tidak lama setelahnya, kotak dengan cahaya merah muncul di samping Dino yang disusul dengan kotak bercahaya biru di sisi lain ruangan. [Setiap pemain, dimohon untuk memasuki kotak cahaya pada masing-masing sisi ruangan.]

Dino yang mendengarnya hanya berjalan menyamping dua langkah, dan ia sudah teridentifikasi oleh sistem sebagai anggota [Tim Merah]. Rompi anti pelurunya yang semula berwarna hitam berubah menjadi merah. Dengan begitu, lawannya harus memasuki kotak cahaya biru untuk menjadi anggota [Tim Biru], dan secara teknis menjadi musuh dalam permainan.

"Siap-siap aja! Lo bakal gua kalahin dengan telak!" seru sang berandalan dengan senyum meremehkan serta jempol terarah ke bawah.

"Kita lihat saja nanti." balas anak SMA yang sorenya terganggu oleh saingannya yang berambut pirang.

Beberapa saat kemudian, kedua pemain sudah berada di posisi masing-masing. Di pojok kiri atas pandangan mereka, terdapat kotak merah panjang yang disebut [HP] atau singkatan dari [Health Point*]. Dibawahnya, ada kotak dengan simbol peluru dan angka yang menunjukkan berapa jumlah amunisi yang mereka miliki. Dino mempunyai 350 peluru, dengan 50 diantaranya sudah terpasang dalam senapannya. Di bagian tengah atas penglihatan mereka, terdapat kotak yang menampilkan jumlah poin dari setiap tim. Dibawah jumlah poin, ada angka yang menunjukkan jumlah ronde, dan waktu per ronde.

[Sebelum permainan dimulai, saya akan menjelaskan peraturannya terlebih dahulu.] ucap sistem permainan yang bisa didengar dari seluruh penjuru ruangan.

  1. Permainan akan dilaksanakan sebanyak 8 ronde, dengan setiap ronde memiliki batas waktu 5 menit.
  2. Pemain yang berhasil menurunkan HP lawan akan menjadi pemenang dalam ronde tersebut.
  3. Pemain yang telah bangkit dari "kematian" harus segera kembali ke kotak cahaya timnya dalam kurun waktu 1 menit. Bila gagal memenuhi peraturan ini, pemain akan didiskualifikasi.
  4. Bila batas waktu habis dan belum ada pemain yang tumbang, maka pemenang ronde akan dipilih dari pemain dengan HP terbanyak.
  5. Pemenang dari satu ronde akan menerima satu poin. Pemenang pertandingan ditentukan berdasarkan poin terbanyak.
  6. Bila poin kedua pemain sama hingga ronde ke-8, maka akan diadakan ronde bonus untuk menentukan pemenang pertandingan.

[Apakah sudah jelas?] tanya sistem pada kedua pemain disusul dengan munculnya jendela dengan pilihan [Ya] dan [Tidak]. Dino serta lawannya memilih [Ya], dan jendela itu menutup dari hadapan mereka.

[Baiklah. Pertandingan akan dimulai dalam 5...]

[4...]

[3...]

[2...,] dua siswa SMA dalam ruangan melepas pengaman dari senapan mereka.

[1...,] mereka memasang ancang-ancang berlari.

[Mulai!]

Kotak cahaya yang mengelilingi Dino menghilang. Ia langsung berlari secepat mungkin menuju teras rumah, dan dalam dua detik ia sudah berada di depan pintu masuk kayu. Dengan hati-hati, remaja itu memegang gagang pintu dan membukanya dengan cepat. Laras senapannya ia arahkan ke dalam ruang tamu, dan jarinya sudah siap menekan pelatuk. Tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Dalam diam, anak SMA tersebut menutup pintu dengan pelan dan memastikan untuk tidak menghasilkan suara yang bisa saja didengar oleh lawannya.

Sayangnya, pintu yang ia tutup berderit. Menimbulkan suara yang pasti mengundang apapun yang akan menyerangnya. Dengan segera, Dino bersembunyi di belakang sebuah kursi. Detak jantungnya berdetak cepat. Walau masih waspada dengan keberadaan musuhnya, ia masih menyempatkan untuk memetakkan ruang tamu itu. Mencari beberapa tempat yang bagus untuk sembunyi, atau beberapa perabotan seperti asbak yang bisa digunakan.

Sepertinya keadaan sudah aman... pikir Dino yang sudah menunggu selama setengah detik. Perlahan, ia berjalan keluar dari persembunyiannya sambil mengarahkan moncong senapannya ke arah pintu masuk. Berjaga-jaga bila musuhnya membuka pintu dengan cepat.

Lihat selengkapnya