GRAAAA!!!
Ah, auman klasik itu lagi. Sedikit berbeda dari yang bisa didengar oleh orang lain, tapi tak ada bedanya bagiku.
Kulihat makhluk raksasa itu sedang menuju taman kota, yang menyelenggarakan sebuah perayaan hari jadi kota Doppel yang ke-30 tahun. Dia melompati atap-atap bangunan dengan cepat. Dari mulutnya, liur mengalir deras bagaikan melihat makanan enak hanya beberapa langkah di depan.
Walaupun dia memang akan memakan 'sesuatu' dari dalam diri orang-orang disana.
"Kurasa aku akan berangkat sekarang..." kataku ber-monolog. Kulepaskan teropong yang ada di tanganku, dan membiarkannya jatuh dari puncak gedung pencakar langit tempatku mengamati. Aku pakai tudung jaketku dan mengambil ancang-ancang...
"Time to Glitch!"
Tubuhku melompat dari pinggir atap gedung. Aku menikmati sensasi terjun bebas untuk sesaat, hingga 'kutukan' milikku melakukan keajaibannya. Merubah udara bertekanan rendah disekitar kakiku menjadi bertekanan tinggi. Itu membuatku seolah berjalan di udara.
Setiap kali kuinjakkan kakiku di udara, sebuah efek Glitch muncul selama dua detik. Seolah menggambarkan bahwa ada sesuatu yang berubah disitu. Tapi berkatnya, aku bisa mengendalikan 'kutukan' ini dan menggunakannya dengan mudah.
Aku berlari secepat mungkin. Untungnya, monster itu berhasil kuhadang di atap sebuah gelanggang olahraga. Makhluk raksasa yang melompat-lompat tadi berhenti bergerak. Dia hanya melihatku tajam, tanpa memberi perlawanan.
"Ayolah. Akan lebih mudah jika kamu langsung menyerangku..." keluhku padanya, meski dia takkan paham apa yang kuucapkan. Aku mengeluarkan sebuah tongkat kasti di dalam tasku. Melihat dari ukuran tubuhnya yang besar, aku mengubah tongkat itu menjadi sebuah katana ala jepang.
Monster bertubuh gorilla dengan hidung babi di depanku mendengus. Dia merasakan bahaya dari keberadaanku. Ekornya yang terdiri dari tentakel gurita bergoyang-goyang. Untuk membuatnya lebih tertarik padaku, aku pasang kuda-kuda bertarungku. Katana di tangan kananku seolah melekat erat dan siap melancarkan serangan kapan saja.
Aku hirup udara disekitarku, dan kuhembuskan perlahan...
WUSSHH!!
Gerakan cepatku kearah binatang buas di depanku membuat angin bagai terbelah. Aku sadar bahwa musuhku masih bisa melihat langkahku, jadi kuputuskan untuk saling beradu secara langsung. "Graaww!" Raungnya sambol mengangkat sebelah tangannya.
Dalam hitungan sepersekian detik, kepalan tangannya bertemu dengan bilah pedangku. Tapi pukulannya yang lebih kuat membuat tubuh virtual milikku terpental beberapa puluh meter ke belakang. Jika bukan dengan memadatkan udara di belakangku, aku pasti sudah terjatuh mencium bumi palsu ini.
Setelah melancarkan serangan itu, matanya kembali ke arah mangsanya. "Sial!" Dia berhasil lolos dariku. Tapi akan kupastikan, itu adalah terakhir kalinya dia bisa kabur dariku!
Kugenggam katana di tanganku erat-erat. Dengan menggunakan 'kutukan' milikku, aku mengubah lagi kepadatan dan massa udara yang akan kulangkahi. Aku pun segera menggunakannya untuk mengejar musuhku. Kakiku berlari di udara lebih cepat dari sebelumnya.
Saat aku sudah bisa mengejarnya, ia menoleh padaku. "Ya ampun..." Ucapku, mengeluh pada keadaan. Aku merasakan firasat buruk datang dari makhluk yang seenaknya melompati gedung-gedung penuh cahaya di malam hari ini. Sebagai persiapan, aku menguatkan pegangan pada katana di tanganku.
Firasatku benar. Ekor monster itu memanjang dan berusaha menangkapku. Serangan pertama berhasil kuhalau dengan pedang khas jepang milikku. Tentakel-tentakel lainnya pun ikut bergerak dengan tujuan yang sama seperti tentakel pertama.