Glitch : The Fake World

Nugroho Alif Putranto Ibrahim
Chapter #9

Chapter 8 : Immortality Bug

"Kak, itulah kekuatan Bug miliknya. Semua yang disentuh dan dikehendakinya untuk abadi, akan bersinar seperti emas. Dulu aku gagal mengambil fotonya." Jelas Harold setelah melihat pemandangan di jalanan, yang berada dibawah kaki kami. Sementara itu, ibu-ibu bernama Haruka disana sedang berhadapan dengan salah satu monster abnormal.

Monster berbentuk monyet raksasa itu mengenakan sebuah zirah dengan warna platinum. Zirah itu memantulkan cahaya matahari di beberapa bagiannya, membuat mataku silau saat bagian itu menghadap kepadaku. Matanya berwarna merah, seperti milik hewan albino di dunia nyata. Giginya terlihat runcing. Seolah bisa mencincang berbagai macam daging. Tak ada satupun bagian tubuhnya yang bisa dilihat, kecuali mata dan giginya. Pelindung itu seperti menyatu dengan tubuhnya.

"Gyaaa" Makhluk berbahaya itu kembali meraung. Suaranya sedikit berbeda dari sebelumnya. Tubuh besar itu semakin mengecil seiring dengan waktu. Sepuluh detik kemudian, ukurannya menjadi separuh dari tinggi gedung tiga lantai di sebelahnya. Tinggi monster itu memang berubah. Tetapi hawa berbahaya darinya masih terasa.

SET!

Dalam sekejap, monyet besar itu menghilang. Haruka langsung membuat kubah emas seperti sebelumnya. Sebuah serangan terlihat memukul kubah itu dengan cepat. Tidak hanya pukulan. Tendangan dan cakaran juga dilancarkan oleh makhluk buas itu dengan kecepatan tinggi. Mataku kesulitan untuk mengikutinya. Wajah sang pembuat kubah mulai berubah menjadi resah.

"Kakak, kita harus menolongnya!" Teriak anak kecil disebelahku. Ia menarik tanganku dengan sekuat tenaga. Aku hanya diam tak bergerak sedikitpun, sampai suatu balasan kuberikan. "Tidak. Kita amati saja mereka." Wajah Harold menjadi terkejut. Bahkan, ia menanyakan apa maksudku. "Bukankah ibu itu bilang? Jika kita berurusan dengannya, ia akan mengganggu kita. Ditambah lagi, ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk melihat potensi Bug miliknya." Jelasku. Setelah mendengar itu, anak itu terdiam. Sepertinya ia setuju dengan pendapatku.

Sementara itu, monyet yang menyerang Haruka dengan membabi buta berhenti bergerak. Dia hanya menatap lekat-lekat targetnya. Hal yang monster itu lakukan berikutnya adalah menggunakan salah satu tangannya. Mencoba untuk menggenggam kubah emas milik ibu-ibu didepannya. Tiba-tiba, tempat perlindungan itu berubah bentuk.

Kubah yang semula datar sempurna, memunculkan sebuah kerucut emas. Bentuk itu bergerak dengan sangat cepat. Menembus tangan besar lawannya tepat di tengah. Tetapi aku tidak paham. Bagaimana caranya ibu itu bisa melakukannya? Apa itu kemampuan spesialnya, dan ia belum menggunakan Bug miliknya?

Monyet yang telah tertusuk melompat mundur. Karena ukuran besarnya, lompatan itu bisa disebut jauh. Di waktu yang sama, Haruka melenyapkan pelindungnya. Ia segera menggendong anak perempuannya dan berlari menuju sebuah sepeda motor. Setelah menaiki kendaraan itu, wanita Jepang dan anaknya berkendara menjauh dari tempat kejadian.

"Lalu, monsternya bagaimana?" Tanya Harold. "Mungkin, ibu itu hanya ingin melindungi anaknya. Ia tidak peduli sama sekali apakah monster itu akan menyerang orang lain atau tidak."

Kemudian, bocah berambut pirang disisiku mengajakku lagi untuk mengalahkan makhluk berbahaya itu. Kutolak ia sekali lagi, saat monster abnormal yang kami bicarakan kembali bergerak. Dia berlari dengan cepat, dan liurnya mengalir deras dari mulut bergigi tajam itu. Jalan raya dan trotoar hancur lebur saat menjadi pijakannya. Setelah mereka tak terlihat dari posisiku saat ini, aku berlari mengejar mereka dari udara. Harold pun mengikutiku dengan gaya terbangnya yang terkesan santai.

Saat mataku kembali bisa melihat mereka dengan jelas, sebuah kecelakaan terjadi. Sepeda motor yang dikendarai ibu-ibu itu mencium sebuah mobil dengan keras. Kekuatannya membuat mobil itu penyok, hingga mesinnya terlihat. Seolah kendaraan roda empat itu telah menabrak sebuah pohon. Namun, kasusnya berbeda dengan kendaraan yang menabraknya. Sepeda bermesin itu tampak baik-baik saja. Jangankan rusak, lecet saja tidak. Sang pengendara dan penumpangnya juga bernasib sama.

Tetapi, monyet itu telah berhenti didekat mereka. Ia menatap dua orang mangsanya dengan tajam. Disekitar Haruka, ada banyak orang memandangnya. Semuanya tampak keheranan, karena tidak bisa melihat monster abnormal itu. Ditambah dengan segala kerusakan yang diakibatkan makhluk raksasa tersebut. Ini juga terjadi pada beberapa pertarunganku sebelumnya, di luar Malam Suci.

Ketika mata makhluk besar berzirah mulai memancarkan cahaya merah, pelindung emas kembali muncul. Bentuknya tidak berupa kubah, melainkan pelindung tipis yang menyelubungi tubuh Haruka dan anaknya.

Dua detik kemudian, cairan aneh kembali keluar dari semua orang di tempat kejadian. Hanya ibu-ibu dengan anak perempuannya itulah yang tak terdampak. Saat kejadian mengerikan itu terjadi, Haruka mengeluarkan sebuah pisau dari tas kecil yang ia bawa. Setelah menggenggamnya, benda tajam di tangan kanan itu memancarkan aura emas. Auranya mirip dengan yang keluar dari lapisan emas di tubuh ibu disana, dan debu-debu emas dari Malam Suci. Beberapa saat setelahnya, monster itu selesai menyerap 'makanan'-nya.

Lihat selengkapnya