"...Apa?" Itulah kata pertama yang terlontar dari mulutku, setelah melihat satu batalion mendatangiku. Namun ada sesuatu mengganjal dalam pikiran. Bagaimana mereka bisa membuka portal itu? Bukankah mereka hanya orang-orang yang berusaha menciptakan kedamaian? Ditambah lagi, bentuknya mirip dengan lingkaran besar di langit pada Malam Suci.
Seorang pria terlihat mengenakan jas hitam dengan dasi merah. Benar-benar seperti seorang pimpinan. "Baiklah, para 'monster', izinkan saya memperkenalkan diri." Katanya saat berjalan ke arah kami. Beberapa saat setelah ia dan pasukannya keluar, portal di belakangnya menutup. Aku dan tiga orang di sekitarku hanya menatapnya. Tetap dalam posisi siaga.
"Nama saya adalah Ameer Khan. Seperti yang anda sekalian lihat, saya berasal dari India." Jelasnya. Saat kulihat lagi warna kulit serta wajahnya, perkataannya benar. Meski wajah pria tersebut tidak terlalu tampan seperti namanya. "Disini, saya bermaksud untuk menangkap kalian." Terang-terangan sekali!
Awalnya, aku merasakan Harold menggunakan Bug miliknya untuk membawa kami terbang. Setelah tubuh kami berempat sedikit terangkat dari tanah, lelaki bernama Ameer itu meminta kami menunggunya. "Untuk apa? Kalau kami akan ditangkap, bukankah kami akan kabur dari sini?" Seru Haruka dengan kesal.
Dalam sedetik, aku dan tiga orang lainnya melesat ke langit. Tidak peduli dengan awan gelap di atas. Saat tubuh kakek hampir terkena kilat, debu-debu emas melindunginya. "Terima kasih..." Ucapnya. Sang penolong hanya memalingkan pandangan. Ia pasti belum bisa memaafkan orang itu...
Setelah satu menit, kami berada di atas awan. Cahaya matahari menyinari tubuhku. Uap-uap air yang berkumpul menjadi satu di udara menambah keindahan pemandangan. "Cantiknya..." Kataku spontan.
BUK!
DOR! DOR!
Kepalaku berputar, tepat saat mendengar bunyi berisik di belakang dan depan. Kakek Harold sedang menembak sebuah objek yang terbang cepat di udara. Sementara Haruka memegang punggungnya. Dari suara pukulan sebelumnya, kuduga benda terbang itu mengenainya.
"Bangsat! Jika saja aku lebih muda, benda itu sudah jatuh dengan ekor asap!" Umpat kakek Stanley. Ia mengisi ulang kedua pistol yang dibawanya. Di kejauhan, dua roket tampak mendekati kami. Benda itu mendekat dengan kecepatan tinggi. Bila saja Ibu tidak menggunakan aura emasnya untuk melindungi kami, mungkin aku dan ketiga orang ini akan bangun di rumah sakit.
Setelah serangan roket gagal, objek terbang itu sedikit mendekatkan jaraknya. Kali ini, peluru berkaliber besar menghujani kami. Dengan kekuatan milik Haruka, tak ada satupun luka di tubuh. "Ibu! Terus kerahkan pelindung emasnya, ya! Aku akan membawa kita semua pergi dari sini!"
Tetapi benda tersebut hanya berjarak beberapa ribu meter lagi. Menyadari kesempatan untuk memukulnya, perempuan asal Jepang di kelompok kami berpikiran lain. "Tunggu! Kita akan tetap pergi, tetapi setelah memukul benda menyebalkan itu! Bisakah kau melemparku?" Tanya Ibu. Anak berambut pirang kebingungan untuk sesaat. Di akhir, ia menyetujui ide tersebut.
Saat benda terbang tersebut tiinggal beberapa meter, Harold melempar ibu berwajah Asia dengan Bug-nya. Tubuh perempuan yang tidak tampak menua itu melewati udara, mungkin sama cepat dengan lawannya. Di jarak sedikit jauh, aku bisa merasakan gelombang udara akibat pukulan Ibu dengan objek itu.
Dengan cepat bocah bermata biru menghentikan tubuh Haruka yang akan terjun bebas. Ia menariknya kembali. "Terima kasih, nak Harold..." Ucapnya pelan. Anak yang menyelamatkannya hanya mengangguk puas. "Baiklah, kita pergi!" Serunya. Tetapi, musuh itu belum tumbang. Benda tersebut masih sanggup terbang cepat.
Kakek Stanley terus berusaha menembaki objek itu. Balasan pun ia dapatkan. Kulihat, Haruka merentangkan satu tangannya ke depan. Berusaha membuat pelindung. "Eh?"
Tiga roket yang semula akan meledakkan kami, berhenti di udara. Di waktu yang sama, Harold menghentikan penerbangan. "Ada apa, bu?" Tanya kakek berpakaian koboi. "Kekuatanku... Bug milikku tidak mau keluar!" Jawab ibu Haruka dengan panik. Ia terus menghentakkan tangannya di udara. Namun aura keemasan yang biasa dipancarkannya, tidak terlihat. Hanya cahaya mentari yang menyinari tubuhnya.
Sekarang, perjuangan kami untuk kabur terhenti sesaat. Harold mengambil tugas sang Ibu sebagai pelindung, sedangkan kakeknya akan terus menembaki objek terbang tak diketahui itu. Mungkin saja bisa kusebut UFO? Berhubung artinya juga 'Objek Terbang Tidak Teridentifikasi'.
"Hei, apa-apaan itu?" Seru Stanley tiba-tiba. Kulihat pelurunya sudah tepat sasaran. Tetapi, ada aura emas yang seolah melindungi benda terbang itu. "Bukankah itu Bug milik Ibu?" Anak berambut pirang bertanya. Kami terkejut melihat musuh bisa menggunakan kemampuan salah satu rekan kami.
Aku memberitahu pada kakek dari Harold, bahwa selama ia masih menggunakan cahaya emas itu, lawan kami tidak akan bisa dijatuhkan. Kemudian pria tua tersebut menyarankan untuk fokus pada pelarian. "Kita tidak akan bisa melawannya!" Teriaknya.
Sang bocah setuju, Ia berhenti memfokuskan pandangannya pada lawan, dan menggerakkan tubuh kami menjauh. Kami melaju dengan kecepatan tinggi. "Sebentar... Sesuatu rasanya keliru." Ucap kakek Stanley tiba-tiba. Entah mengapa, aku merasakan hal yang sama. Mengapa ia terus terbang berputar? Aku yakin benda terbang itu ingin tetap dekat dengan kami. Tetapi, sepertinya ada sebuah pola yang ia bentuk selagi terbang...
"Hah?" Aku berseru kaget. Sosok benda terbang itu menghilang! Ia seolah masuk dalam sebuah lingkaran di hadapannya...
"Huaaa!"
BUK!
Aku menoleh ke belakangku. Ada kakek Stanley yang tidak sadarkan diri. Berdasarkan suara tadi, kurasa ia terkena pukulan. Mengakibatkan efek pingsan padanya. "Kakek!" Harold berteriak histeris. Haruka sendiri tak bisa melakukan apapun selain waspada. Begitu pula denganku.