Glitch : The Fake World

Nugroho Alif Putranto Ibrahim
Chapter #25

Chapter 24 : Truth Revealed

WHUUUSH!

TIING!

Pedang katana kembali beradu dengan perisai es. Pelindung itu terus saja muncul di sekitar tubuh Ameer, seolah sudah menjadi pengawal pribadinya. Disaat tangannya meluncurkan bola-bola api, aku melompat mundur untuk menghindar. "Hiaat!"

Aku bergerak cepat ke depan. Tiba-tiba, sebuah lingkaran muncul. Langsung kupakai untuk menyerang pria berjas hitam dari belakang. Namun masih gagal. Tangannya yang mengeluarkan lapisan tebal es sukses menahan katana milikku. "Sial!" Umpatku. Padahal sudah kuberi kemampuan 'Pembelah Batu'.

Terpaksa, aku menggunakan kekuatan Bug untuk menghancurkan es yang memerangkap senjataku. Berkat bantuan portalnya Axel pula, diriku kembali kabur ke belakang. Meski ada bola api yang mengikutiku, tetapi berhasil dimatikan oleh Harold. Ia mengendalikan udara disekitar api tersebut.

"Jadi, saya akan memulai cerita dari awaaaal sekali..." Ameer membuka suara. Sementara di belakangnya, Justice telah mengayunkan kedua pisau tempur. Entah untuk alasan apa, lawannya melompat ke depan. Lebih tepatnya, ke arahku. Tangan kiri serta kananku telah mencengkeram pedang dengan sekuat mungkin. Kuhadapakan ujung bilah pada orang itu.

Namun, Ibu langsung berada di depanku. Menggunakan kekuatan pukulannya, ia melayangkan tinjunya ke musuh. "Ibu, cepat menyingkir!" Aku berteriak spontan. Jika Ameer sampai menyentuhnya, kekuatan Immortality Bug punya Haruka bisa dicuri!

"Graaa!" Raungan dari Critos mengagetkan lawan. Atau, itu yang tampak di mataku. Ia melompati cheetah yang mencoba menerkamnya dalam kecepatan tinggi. Padahal, hewan buas itu datang dari arah samping. Aku bergerak ke belakang, dan menjauhi pria berpakaian resmi dengan Brianna dan Mirai di tangan.

"Kalian berdua tidak apa? Maaf, sudah membawa kalian begitu saja..." Ucapku pada mereka. Anak dari Haruka hanya mengangguk, sedangkan gadis berambut keriting menunjukkan wajah kesalnya. "Kakak ini benar-benar ya..." Komentar Harold sinis melalui perangkat komunikasi.

Sial! Aku lupa untuk membawa Harold! "Sudahlah! Lagipula, kau bisa menanganinya sendiri kan?" Balasku sambil bergerak maju. "Hei! Kau pikir cucuku itu mampu menghadapinya sendirian?"

DOR!

Bunyi tembakan menggema di ruangan. Suara itu diikuti oleh bunyi peluru yang terpantul. Gagal mengenai targetnya. Ketika aku berlari, mataku melihat Kakek Stanley membawa lari cucunya dari Napas Api milik Ameer. Di saat yang sama, aku dan Justice tiba di sekitar lelaki India yang kurus itu. Kami melancarkan serangan bersama-sama dari dua sisi.

"Baiklah, saatnya mencoba ini!" kataku spontan saat menggunakan Tebasan Arah Mata Angin. Serangan ini membuatku bisa menebas dari empat arah secara bersamaan. Dengan bantuan kakak kelas di arah-arah lainnya, menjadi delapan arah. Mulai dari Utara, Timur laut, dan lanjut hingga barat laut.

Namun, ia berhasil menahannya dengan dua lengan yang dibekukan. Untuk menghindari efek es yang bisa menjebak apapun yang disentuhnya, kami melompat mundur. "Dulu, dunia dalam pandemi. Sangat berbahaya, sangat mencekam. Semua orang pun mati..." Ameer melanjutkan ceritanya dengan santai.

Critos kembali mencoba menyerang. Kali ini, kecepatannya hampir sepadan dengan Gerak Cepat : Tingkat II milik Justice. Tanpa berusaha menghindar, lawan menggunakan Napas Api dari mulutnya. Sadar serangannya tidak mempan, ia menghindar ke belakang.

Tetapi, kakek dari Harold sudah tiba lebih dulu. Kedua ujung laras pistol revolver di tangannya terarah pada pria asal Asia Selatan itu. Peluru yang meluncur seolah lebih cepat dari suara. Karena suara tembakan beruntun baru memasuki telinga, saat dua belas lubang sudah terbentuk di tubuh lawan.

"Bagus kek!" Harold berseru senang! Dengan Telekinetic Bug, ia menggerakkan peluru-peluru tersebut lebih cepat. Sayangnya, musuh sudah menyadari taktik itu. Ameer melapisi tubuhnya dengan es yang terus kembali utuh, tidak peduli berapa kali terkikis. "Axel! Gunakan senapanmu! Aku yakin ia tidak bisa bergerak sekarang!" Usulku pada teman sehobi dari headset.

"Oke!" Jawabnya. Ia membuka portal dan masuk ke dalam. Di depan pria berjas yang diam tak bergerak, sebuah lingkaran serupa muncul. Dengan ujung senapan yang lebar mengarah pada musuh, temanku tersenyum puas.

Di luar dugaan, bola berwarna hitam yang melesat keluar dari senjata, justru memecahkan es. Ameer menengok pada Axel. Entah apa yang dibisikkannya, tetapi itu berhasil membuat wajah teman lamaku menjadi pucat. Lubang penghubung tertutup, saat lawan masuk dalam dunia dalam portal.

"Oh tidak..." Ibu bersuara, setelah sekian lama diam. Sekarang, ia berdiri di dekat Mirai dan sahabatnya. Mungkin Haruka ingin fokus melindungi kedua anaknya sekarang. Karena keadaan yang berubah menjadi mencekam. Portal bisa terbuka dari mana saja. Tak ada yang tahu siapakah pemenang dari pertarungan dalam dunia milik Axel itu...

BRUK!

Satu tubuh tiba-tiba terjatuh dari langit-langit ruangan, dan membentur lantai. Seseorang tampak keluar dari lingkaran di atasnya. Namun, sebuah portal terbentuk di bawah orang yang terjatuh tadi. Sang pengejar juga memasuki lingkatan yang sama, dan lubang penghubung itu tertutup kembali seutuhnya.

"Apakah kita harus berkumpul seperti tadi...?" Harold bertanya. Menyadari bahwa cucunya merasa ketakutan, Stanley langsung menuju ke sisinya. "Tidak. Jika kita berkumpul, musuh bisa merebut kekuatan kita dengan mudah." Jawab kakek. Wajahnya juga menampakkan kekhawatiran.

Mirai sempat mengusulkan untuk menggunakan kekuatan milik Justice. Mungkin anak itu sudah mendapat cerita dari ibunya, atau saat masa-masa tenang tadi.

"Sepertinya tidak bisa. Jika kak Justice memakai Bug-nya, kita semua juga akan kehilangan kekuatan. Sedangkan sihir yang dilancarkannya selama ini, tidak terlihat seperti sesuatu yang normal..." Brianna memberi jawaban yang sepertinya, semakin membuat temannya bingung.

Walau begitu, ucapan anak perempuan itu ada benarnya. Serangan api dan es dari Ameer mungkin berasal dari sihir. Namun tidak terlihat ada satupun alat sihir sebagai output. Lalu, apakah sihir yang dikeluarkan pria India itu adalah sebuah kemampuan murni, sama seperti Gerak Cepat milikku?

Sementara itu, kakak kelasku menolak gagasan gadis tersebut. "Semua, aku butuh bantuan kalian. Kita harus menyudutkan pria aneh itu, dan biarkan gelombang netral milikku yang-"

BRUK!

Portal terbuka di belakang tubuh Justice. Sesuatu yang meluncur keluar menabraknya, dan mereka menyentuh lantai bersamaan. Beberapa saat kemudian, Axel melompat keluar. "Sekarang!" Teriaknya sambil memandang Finder.

Ia yang merasa terpanggil mengarahkan telapak tangan ke arah Ameer. "Dengan ini, tamatlah kau!"

WHUUUSH!

Angin berhembus dengan sangat cepat. Tepat ke arah lelaki berdasi hitam. Namun, lawan tidak terpengaruh. Ia melindungi tubuhnya dengan lapisan tebal dari air yang didinginkan.

"Tetapi, seseorang berhasil menciptakan dunia lain! Yang menghubungkan kita semua! Apakah tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian, tahu siapa orang itu?" Sekarang, pria berkulit gelap itu memberikan pertanyaan. Tiba-tiba, perisai es muncul di hadapannya. Stanley terus menembakinya dengan kecepatan yang luar biasa.

Lihat selengkapnya