"Kau, bukan Shinta kan?" Aku memulai percakapan di antara kami berdua. Dari warna matanya yang berbeda, aku merasakan sesuatu. Jelas sekali, Shinta yang kukenal tidak akan tersenyum sinis seperti itu.
Seolah bisa membaca pikiran, ia mengangguk perlahan. "Ternyata, kau memang menyukai perempuan ini ya..." Ucapnya dengan suara yang tidak terlalu keras. Walaupun aku sadar bahwa yang ada di dalam Shinta adalah seorang lelaki, nada suara manisnya tetap tidak menghilang. Entah mengapa, rasanya sedikit menggangguku.
Lalu, aku menghadapkan tubuhku ke arahnya. "Aku yakin, kau pasti Tuan Ivanovich. Benar kan?" Tanyaku sembari menunjuknya. "Iya. Aku adalah CEO Antrotech, Ivanovich. Kau bisa menyebutku sebagai 'Penemu Doppel R', karena ini adalah ideku." Jawabnya disertai penjelasan. Cukup sombong juga pria ini.
"Baiklah. Pertanyaan kedua!" Sekarang, interogasi dimulai. "Apakah pria bernama Ameer, serta perempuan yang kau rasuki tubuhnya itu adalah bawahanmu?" Ia terdiam. Wajahnya seolah mengisyaratkan rasa marah. Mungkinkah pria India tadi tidak mendapat izin untuk menceritakannya.
Ivan mengangguk, tampaknya diikuti rasa berat hati. Disusul dengan pengakuan bahwa Ameer adalah sekretaris pertamanya, sebelum diganti dengan Shinta. Sesuai dengan cerita dari lelaki berjas hitam, yang sedang melawan rekan-rekanku.
"Lalu, mengapa kau menghapus ingatan Shinta, sedangkan Ameer tidak? Bukankah sekretarismu sekarang adalah perempuan dengan tubuh itu?" Aku memberikan pertanyaan lain. Sekali lagi, ia menaik turunkan kepalanya.
"Dengar. Aku tidak tahu apa saja yang diceritakan oleh pria India itu. Tetapi, kau bisa menganggap semuanya benar." Penjelasan yang diberikan membuatnya seolah lari dari pertanyaanku. "Lagipula, dunia nyata sudah tidak berarti lagi. Dunia itu sudah hancur. Tidak ada yang pantas untuk diingat."
Aku perlahan melangkah maju. "Dari hatiku yang terdalam, aku setuju dengan perkataanmu. Tidak ada satu keinginan pun dariku untuk kembali ke dunia nyata. Mungkin, menjadi sekumpulan besar data disini adalah hal yang menyenangkan." Kuungkapkan apa yang ada dalam otakku selama ini.
"Namun, rasanya tidak akan sama. Bila sesuatu yang sangat berharga bagimu, harus hilang demi kehidupan seperti itu..." Semakin lama, jarakku semakin dekat. Sang CEO berjalan mundur. Daripada kabur, aku rasa ia seolah mengajakku untuk masuk dalam kastil besar di belakangnya.
Setelah beberapa langkah, aku berhenti. Tubuh Shinta sudah berdiri tepat di depan pintu kastil. "Bagiku, Shinta adalah segalanya. Jika ia tidak bersamaku, lebih baik aku mencarinya di dunia nyata." Tuturku, sedikit berteriak.
"Aku yakin, kau pasti tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan kan?" Seiring dengan kalimat itu, aku berjalan mendekat. Amarah mulai menguasaiku.
BRAK!
Tiba-tiba, pintu istana menutup. Saat itulah aku sadar, bahwa aku telah masuk dalam perangkapnya. "Jangan bicara..." Ivan menatapku tajam. Perasaan takut juga bercampur dengan marah dalam diriku.
"... Seolah kau mengenalku!"
Dari sisi kanan, sebuah bangun kerucut muncul dari dinding kastil yang berwarna emas. Aku berhasil menghindar, hingga yang satu lagi keluar di belakang. Aku langsung menunduk, dan melesat ke arah Ivan.
Kuayunkan katana di tangan sekuat mungkin. Dengan mudah, lawanku berhasil menghindar. Tetapi rasanya akan sulit melawan orang ini. Karena ia menggunakan tubuh Shinta, dan aku takut bahwa ini memang badan perempuan yang kupikir tewas beberapa hari lalu.
Di bawah, sebuah jarum yang terhubung dengan lantai mencuat ke atas. Aku melompat ke kanan, dan langsung mencoba memberi satu serangan. Dinding tipis dari lantai melindungi Ivan dengan sempurna. Saat sebuah jarum kembali muncul dari sisi tipis tembok itu, kakiku membawa tubuh ini mundur.
"Jadi, inikah kekuatanmu? Mengendalikan interior ruang kosong ini?" Tanyaku sambil menghindari semua jarum-jarum runcing yang muncul dari berbagai sisi. "Terserah kau ingin menganggapnya apa." Balas Ivan dengan nada meremehkan.
"Tetapi... Gunakanlah kekuatanmu untuk membalikkan keadaan!" Sebentar. Apa yang pria itu baru saja katakan? Di saat aku sedang kesulitan mengelak dari segala serangannya, mengapa ia justru seperti memberiku petunjuk?
Tiba-tiba, kedua tangan musuhku memegang kepalanya sendiri. "Sialan! Pemilik tubuh ini cukup keras kepala juga ya...!" Serunya. Dari situ, aku paham. Bahwa Ivan menempati tubuh Shinta yang masih memiliki kesadaran aslinya. Mungkin ini terkesan aneh, tetapi akan kucoba!
"Shinta! Kau masih ada di dalam situ, kan?" Aku berteriak, saat tubuhku berada di udara. Sebuah ujung tajam hampir mengenaiku, bila saja aku tidak terbang seperti ini. Namun, suatu balok besar yang terbentuk dari dinding ruangan, mengarah padaku. Aku langsung mencoba terbang setinggi mungkin. Mengingat bangunan ini hanya satu lantai yang besar.
"Hei! Jawab aku! Berjuanglah! Lawan kendali dari bosmu itu!" Aku meneruskan usahaku untuk membujuknya. Sepertinya teriakanku membuat dua kesadaran dalam tubuh perempuan itu saling bertabrakan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dalam dunia maya seperti ini? Aku pun tidak tahu. Tetapi, serangannya mulai berubah.
Selama ini, semua jarum yang berusaha menusukku berhasil dihindari olehku. Tetapi, sekarang tidak hanya ujung runcing. Beberapa ujung tumpul seperti tongkat kasti juga berdatangan.