"Hhngh..."
Seorang remaja yang telah tertidur cukup lama, akhirnya membuka matanya. Sedikit kesulitan, karena silaunya cahaya yang memasuki retinanya dalam waktu sekejap. Butuh beberapa waktu sebelum penglihatannya kembali normal.
Sesaat, lelaki berusia delapan belas tahun itu mengira ini adalah kamarnya. Dikarenakan warna langit-langit ruangan yang serupa. Untuk memastikan, kepalanya ditengokkan ke kanan. Terdapat satu perangkat infus dengan ujung selang menembus kulitnya. Tetapi, sebuah struktur yang tidak ada di ranjang tidurnya yang biasa, sudah cukup untuk membuatnya percaya.
"Aku... di rumah sakit...?"
Seluruh tenaga ia kerahkan untuk melihat sisi lainnya. Satu gerakan saja sudah seperti mematahkan tulang baginya.
Di sebelah kiri, ia melihat buah-buahan tertata rapi dalam keranjang hasil anyaman rotan. Satu kotak hitam dengan kabel kembali membangkitkan ingatannya yang buram. Seiring dengan kejadian-kejadian dalam dunia Doppel R bermain bagai sebuah sinema di pikiran, kedua bola matanya mengikuti jalur yang dilalui kabel dari balok di atas meja.
Karena tidak bisa dilihat dengan mata, remaja tersebut menyentuh ujung lain kabel itu menggunakan tangan kirinya. Ia bisa merasakan betapa kurusnya lengannya. Di saat yang sama, Doni juga merasakan sesuatu mengalungi lehernya.
"Ini kan..." Ucap lelaki itu, berbicara sendiri. Benda yang saat ini disentuhnya adalah perangkat untuk terhubung dengan dunia virtual. Berkat inilah ia bisa memasuki alam semesta yang terbentuk dari kumpulan data tersebut.
Perlahan, tubuh lemahnya dipaksakan untuk bangkit. Remaja yang baru saja bangun itu benar-benar kesulitan. Setelah ia duduk, napasnya menjadi tidak teratur. "Ya ampun..." Katanya saat melihat nasib yang dialami badannya.
Benar-benar kurus. Bahkan ia bisa melihat sedikit tulang rusuk dari balik baju rumah sakit yang dikenakannya. "Mungkin... Aku akan mencoba untuk makan beberapa buah disana..." Doni kembali berbicara sendiri. Dengan susah payah, ia berusaha menggerakkan tangannya 'tuk meraih sebuah apel.
CEKLAK!