Gloomy Girl

RedApple
Chapter #2

The Last Night

Hujan deras menutupi keributan yang disebabkan gerombolan siswi SMA putri Glory. Mereka berdiri di depan UKS setelah melihat ada mayat baru yang dibopong masuk ke dalam. Semua siswi tampak panik dan beberapa diantaranya menangis histeris. Bahkan ada yang memohon-mohon pada guru untuk memulangkan dirinya ke rumah.

Ibu Rahmi tampak sedang menelpon seseorang setelah melihat mayat Flora yang sudah terbujur kaku di kantong mayat. Dia menyampaikan berita dukacita pada Risa, orang tua Flora. Sambil mengusap cairan bening di pipinya, bu Rahmi meminta maaf. Hal ini tidak akan terjadi jika saja dirinya tidak meminta Flora melanjutkan sekolah di SMA Glory. Dari suara teriakan di telpon tersebut, bisa dipastikan Risa sangat marah dan mengutuk bu Rahmi. Dia mengancam akan melaporkan masalah ini ke polisi dan menutup sekolah tersebut.

Telpon terputus secara sepihak oleh Risa. Dia tidak memberi bu Rahmi kesempatan untuk menjelaskan kondisi sekolah saat ini. Bu Rahmi segera meninggalkan UKS dan melapor pada kepala sekolah.

"Pak kepala_" kalimatnya terhenti ketika melihat wajah orang-orang di ruang pertemuan pucat pasi. Bu Rahmi menarik tangan pak Dion keluar. Guru berusia 20 tahun itu ingin tahu masalah apalagi yang diperbuat oleh guru berambut gondrong itu sekarang.

"Peneror itu meminta 7 siswi kita dikirim ke florest hunt untuk camping jika ingin aksinya dihentikan" ucap pak Dion sebelum bu Rahmi membuka mulutnya. Genggaman bu Rahmi melemah. Dia hilang kata-kata.

"Grace, Thalisa, Inez, Harmony, Valery, Felysia dan Nayara. Dia menyebutkan nama mereka" lanjut pak Dion. Raut wajah bu Rahmi marah, dia masuk ke ruang kepala sekolah. Menatap semua orang di ruangan itu bergantian.

"Jangan bilang kalian akan melakukannya?" Tanya bu Rahmi gemetar. Dia merasa kasian pada siswi-siswi itu. Mereka seperti dikorbankan demi kebebasan teman-temannya.

"Kita terpaksa melakukannya. Anda pun sudah tahu para polisi angkat dengan kasus ini" ujar kepala sekolah. Bu Rahmi menatap sinis kepala sekolah. Dia meragukan kinerja laki-laki tua itu. Sejak awal dia hanya duduk tanpa mau bertindak. Dia rasa hanya dirinya dan pak Dion yang selama ini mengambil tindakan pencegahan untuk para siswi di SMA Glory.

"Kalian bisa jamin mereka akan kembali dengan selamat? Florest hunt itu ladang mayat! Saya akan ikut menemani mereka" kata bu Rahmi lantas meninggalkan ruangan itu tanpa mendengarkan keputusan kepala sekolah. Dia kemudian menarik tangan pak Dion yang baru saja ingin masuk ke ruangan. Mereka pergi bertemu 7 siswi itu di asrama. Walaupun dia seorang guru, bu Rahmi bisa mengerti bagaimana perasaan siswi-siswi itu. Apalagi usianya hanya 5 tahun lebih tua dari mereka.

Pak Dion mengetuk pintu sebuah kamar bernomor 001. Seseorang membuka pintu dengan sedikit celah. Seorang siswi mengintip lewat celah pintu yang dibuka. Hanya matanya saja yang muncul dan membuat kedua guru di depannya terkejut.

"Siapa?" Tanya Nayara. Sebagai unit keamanan di kamar 001, Nayara adalah gadis yang cukup waspada terhadap kasus pembunuhan yang menghantui SMA Glory akhir-akhir ini.

Lihat selengkapnya