Pagi itu di kawasan SCBD, Raka Wijaya duduk di ruang meeting kantor pusat fintech miliknya. Jasnya rapi, laptop terbuka, wajahnya tenang—tapi tangan kirinya gemetar tanpa ia sadari.
Ia baru saja membuka unggahan terbaru dari @glowisgossip.
[Gambar: Screenshot spreadsheet dana CSR, dengan baris-baris transaksi ke rekening pribadi yang disamarkan. Judul file: “Transfer Maret - Untuk Pengamanan Reputasi.”]
“Ketika uang tidak lagi mengalir ke pengguna, tapi ke penghapus jejak. Maka startup bukan hanya masa depan. Tapi juga masa lalu yang dicuci bersih.”
#FintechFog #CSRatauCuci #GlowKnows
Komentar meledak:
@investtalk.id: “Ini serius. Nomor rekeningnya mirip milik direktur startup top 5 itu.”
@netizencerdas: “Dana CSR kok dipakai untuk ‘pengamanan kasus internal’? Siapa yang dibungkam?”
@fakta.korporat: “Glow makin berbahaya. Ini bukan gosip, ini whistleblowing.”
Raka langsung menghubungi bagian keuangan.
“Siapa yang pernah punya akses ke laporan itu?”
“Khusus board member dan satu pihak konsultan audit luar, Pak.”