Godwin Agency 2: Reunion

FS Author
Chapter #1

Tugas

Gema langkah kaki terabaikan tanpa arti bersama menit yang terus mendekati puncak lingkar jam. Suara sekitar tertutup dengan bising baling-baling helikopter yang tak ingin menunggu lama. Waktu tidak bisa ditambah lagi dan jadwal sudah ditentukan tanpa kompromi. Banyak yang akan dipertaruhkan, bahkan melibatkan sebuah rahasia yang selama ini sudah tersamarkan sempurna.

River!” panggil sebuah suara dari earbud yang tak pernah terlepas.

Tanganku meraih tangga tali yang bergelantung bebas, lalu memberi isyarat pada orang yang terus menungguku. “Aku dalam perjalanan,” jawabku akhirnya sambil berusaha naik dan masuk helikopter.

Astaga!” nada kesal Divya terdengar jelas, namun ia juga lega dengan jawabanku.

Acara akan dimulai 10 menit lagi. Kau harus segera memperbaiki tampilanmu!” Shayla ikut bersuara.

“Tenang saja. Eddie bisa mengatasinya,” kusandarkan punggungku sambil mengumpulkan tenagaku dari tugas barusan.

Kenapa aku tidak pernah tenang setiap mengunjungi kota lain? Para agent selalu melibatkanku!” protes Edward—Eddie—meski ia tidak benar-benar serius mengatakannya.

“Eddie, sebutkan satu nama yang ahli dalam merancang baju, senjata tersembunyi, dan perias handal yang juga anggota agensi hebat!” nadaku lebih ke arah menantang jawabannya.

Edward tidak langsung menjawab. “Aku hanya menemukan nama Edward Hudson.

“Tepat sekali!” sahutku cepat. “Jadi salahkan dirimu yang seorang ahli dalam menata penampilan seseorang. Bagaimana bisa kami tidak terlibat denganmu jika kau terlalu hebat?”

Ehm, ya,” Edward terdengar tersipu. “Baiklah. Aku paham maksudmu. Tapi kau tidak bisa bersantai! Aku juga perlu waktu untuk menata penampilanmu!

“Aku tahu,” aku melompat keluar dari tumpanganku. “Aku sudah di atap,” lanjutku sembari berlari menuju ke pintu dan langsung mengarah ke lift. Kutekan angka yang menunjukkan lantai Edward menginap. Tak lama, pintu terbuka dan aku kembali melaju cepat.

Tok tok!

“Aku benar-benar akan stress jika jadi manajermu,” ucap Edward tepat saat pintu mulai berayun terbuka.

Senyum polosku terpasang, lalu masuk sambil mulai mengganti bajuku. Kuambil satu-satunya baju yang terpajang—sesuai dengan gayaku—dan segera memakainya. “Keren sekali!” kulihat pantulan diriku di cermin dengan baju yang disiapkan Edward.

“Aku memang terbaik. Mau bagaimana lagi?” Edward mengedikkan bahunya menanggapi. Ia segera memoles wajahku, meski aku masih merapikan penampilanku.

River!!

“Diamlah!” jawabku dan Edward bersamaan pada panggilan Divya.

Dengan cekatan, Edward menaburkan riasan yang membuat wajah lelahku hilang seketika. “Baiklah, waktu kita habis. Pakai ini,” ia memberiku sebuah lipstik.

Kuterima lipstik yang ia ulurkan. “Kau akan pergi?”

Lihat selengkapnya