Godwin Agency 2: Reunion

FS Author
Chapter #2

Manajer

Esok harinya, aku harus ke markas untuk menerima beberapa laporan tugas kami dan mungkin tugas berikutnya. Namun sebelum ke sana, kuputuskan untuk mampir ke rumah Aaron, memastikan ia tidak terlibat dalam berita tentang Rivera Thane yang sedang naik daun. Shayla memberiku beberapa berita tentang identitas agent-ku yang masih menimbulkan rasa penasaran beberapa orang, namun sebagian besar mengabaikannya sebagai rasa hormat pada privasiku.

Sebenarnya cerita tentang kembaranku itu memang kami buat untuk membingungkan mereka. Entah bagaimana mereka menemukan gambar CCTV atau rekaman amatir beberapa kejadian dimana kami terlibat dalam menangani misi. Untuk meredam para mata-mata amatir yang selalu mengikuti gerakanku, akhirnya kami sepakat untuk membuat kembaranku. Divya menyamar menjadi diriku dan bertemu denganku secara diam-diam, namun kami tahu beberapa orang akan mengincar keberadaanku. Sesuai rencana, foto tentang kembaranku itu tersebar dan menjadi perbincangan di tengah kepopuleranku. Walaupun tidak semua mempercayainya, setidaknya itu cukup membuat rasa penasaran mereka tentang identitas agent-ku berkurang dan aku bisa bergerak lebih leluasa.

Aku sampai di rumah yang kukenal baik dan segera mengetuk pintu. “Aaron!”

“Masuklah!” jawab sang pemilik rumah.

Kubuka pintu dan langsung menuju ruang tempatnya bekerja. “Hei,” sapaku.

“River,” ucapnya tanpa membalas ekspresiku. Bahkan terkesan ia menahan sesuatu yang akan disampaikannya secara serius.

Suasana ini akan berlangsung lama jika kami tidak menyelesaikannya. Jadi aku duduk di sisi lain sofa yang sama dan memandang lawan bicaraku itu senada dengan ekspresinya. “Ada apa?”

Ia menghela nafas, berat, bingung, lelah. “Entahlah, Riv,” pandangannya ke arah pangkuannya.

Kulihat sekitar ruangan, ke arah papan investigasi dan beberapa gambar tentang kasus yang ditanganinya. Tentu saja aku tidak menemukan alasannya bersikap seperti itu padaku, karena ia bukan tipe orang yang suka bermain tebak-tebakan sejelas ini. Tapi bisa kurasakan sesuatu amat mengganggunya hingga aku terlibat.

“Aku tidak bisa melanjutkannya,” Aaron kembali bersuara, namun arah mukanya masih sama.

Satu dugaan muncul dalam benakku. “Melanjutkan apa?”

Ia menggeleng sejenak. “Ini. Kita,” lalu ia menatapku. “Agensimu dan pekerjaanku yang meminimalisir keterlibatan orang luar.”

“Jadi, kau keberatan dengan pekerjaan kita?”

“Kurasa kehidupan kita adalah pekerjaan kita.”

Kalimatnya benar dan kami menyadari itu. “Kau ingin mengakhiri hubungan personal kita?”

Sekilas, tatapan sedihnya terlihat sebelum berganti dengan wajah lelahnya. “Kurasa itu yang terbaik.”

Satu poin untuk dugaanku yang benar. “Oke,” kuterima ucapannya. “Lalu, apa yang kau inginkan? Mengakhiri kerjasama kita juga?”

Aaron nampak heran dengan sikapku. “Riv,..” ia tidak melanjutkan kalimatnya.

“Yah, personalku memang sedih saat sebuah hubungan harus berakhir. Tapi sikap profesionalku mengalahkannya. Lagipula, kerjasama kita selama ini baik-baik saja. Aku tidak ingin merusak sesuatu yang baik-baik saja,” jelasku tenang.

Satu helaan nafas terlihat dari Aaron. Pandangannya terdiam ke arahku sejenak, “untuk saat ini tidak ada yang perlu kita bahas,” ucapnya.

Ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dan aku tahu itu. Namun melihat sikapnya, artinya aku memang tidak bisa terlibat di dalamnya. Kuanggukkan kepalaku paham. “Jadi, kau ingin aku keluar sekarang?”

“Aku tidak bermaksud mengusirmu.”

“Aku tahu,” sahutku cepat. “Ada sesuatu yang harus kau kerjakan sendiri. Kita sepakat dengan privasi itu,” kuingat janji kami berdua. “Lagipula, aku juga harus ke markas. Kita masih bisa saling menghubungi dalam profesionalitas.”

Aaron mengangguk pelan.

“Kalau begitu aku pergi dulu,” aku beranjak untuk menghindari suasana yang semakin canggung meski aku mencoba bersikap biasa.

“Hati-hati,” ucapnya tanpa mengubah posisinya.

“Kau juga,” jawabku tersenyum santai sebelum melangkah keluar. Kakiku hanya tertuju pada kendaraanku dan langsung mengemudikannya. Mobilku kembali melaju ke jalanan, menuju ke tempat yang menjadi agenda utamaku hari ini.

Lihat selengkapnya