“Aaron Declan,” Divya langsung menyebut nama pria itu.
Tatapan heran langsung tertuju pada Divya.
“Kalian sudah saling kenal?” Menteri Hartman mewakili pandangan mereka.
“Secara profesional,” jawabku cepat, sebelum Divya menanggapi.
“Kami bekerjasama dalam beberapa kasus,” Aaron menambahkan, pada orang yang membawanya itu.
“Kalau begitu, ini akan semakin mudah,” Menteri Hartman menyimpulkan. “Jadi kedatanganku ke sini karena kasus Konrad,” beliau membuka penjelasan. “Kalian pasti sudah mengetahui keadaan Konrad saat ini dan motif penyerangannya. Tapi tidak ada yang mengetahui keberadaan benda yang sedang mereka incar itu.”
Wajah kami menegang, sebuah dugaan muncul sebelum mendengar kalimat Hartman selanjutnya.
“Data itu ada padaku,” sang menteri mengatakan setenang mungkin, meski sebenarnya itu adalah hal yang menyangkut nyawa seseorang. “Konrad dan aku adalah sahabat dekat. Tidak banyak yang tahu dan kami ingin itu tetap menjadi rahasia kita,” ia menatap lekat pada kami.
Ekspresi atau anggukan langsung terlihat dari kami, menyetujui.
“Sebulan yang lalu, aku menyewa jasa Godwin untuk penyelidikan salah satu anggota dewan. Tapi orang itu langsung menaruh curiga pada Konrad, hingga akhirnya kuselesaikan misinya segera sebelum kecurigaannya membongkar misi utama Konrad. Jadi aku menarik diri dan menjadi rencana cadangan Konrad. Kuputuskan pergi ke kota metropolitan kedua selama beberapa hari untuk menghapus jejak penyelidikanku itu,” ia memandang kami bergantian.
“Sepertinya mereka tak berhenti sampai situ,” tebak Steven.
“Benar. Bisa kurasakan mereka masih mengikutiku, hingga aku menyewa Declan untuk memastikannya, karena sulit menghubungi Godwin lagi yang sudah tentu dicurigai atas misi Konrad. Diluar dugaan, penguntit kami itu sempat mengancam kami dengan balik menguntit dan mengawasi orang-orang terdekat kami. Dari sana kami tahu lawan kami sangat berbahaya sehingga kami harus lebih berhati-hati jika ingin melanjutkannya. Kami menarik diri selama beberapa hari untuk mengurangi kecurigaannya. Untunglah mereka lengah dan melepaskan pengawasannya sebelum Konrad menerima datanya, sehingga rencana penyerahan data itu berjalan lancar.”
Tak ada tanggapan dari kami, siap mendengarkan semua penjelasan Hartman.
“Konrad tahu bahwa ia akan menjadi incaran banyak orang saat mencoba membongkar kasus korupsi politikus ini. Jadi ketika datanya berhasil didapat, ia langsung menghubungiku dan memintaku menyimpannya. Aku tidak akan mengatakan tempatnya, namun bisa kupastikan data itu aman,” terangnya. “Konrad menggunakan jasa Godwin dalam penyelidikannya. Dan sesuai kesepakatan, Godwin akan menutup informasi ini demi keselamatan, baik para agent ataupun Konrad sendiri.”
Semua memahami penjelasan Hartman dan situasi yang digambarkannya.
“Tapi saat aku mendengar penyerangan Konrad, aku tidak bisa tinggal diam,” lanjutnya. “Sudah pasti ini berhubungan dengan data yang ia selidiki. Jadi kupikirkan cara untuk mengungkap penyerangannya tanpa membongkar identitasku,” ia memandang Aaron sejenak. “Ada beberapa data yang sudah kusiapkan untuk dapat membantu kalian dalam penyelidikan ini. Kupercayakan data itu pada Declan sebagai wakilku di sini. Aku tahu dia bisa dipercaya sejak menjadi prajuritku.”
Aaron tersenyum, mengangguk sekali untuk menerima pujian barusan.
“Data utama tetap padaku dan kalian tidak perlu mencemaskannya. Fokus pada penyelesaian kasus Konrad, sehingga kami bisa melanjutkan kasus korupsi ini lebih tenang,” ekspresinya menaruh harapan pada kami. “Dengar, aku tahu ini tidak mudah bagi kalian. Kerjasama ini, dari berbagai latar belakang. Memang penegak hukum dari kepolisian dan intelijen menjadi lebih berwenang dalam menangani kasus ini, tapi kerjasama dengan pihak lain sudah menjadi hal biasa demi kepentingan masyarakat luas. Misi kita sama, jadikan itu sebagai pemersatu kita.”
Sejenak, kami terpana dengan kalimat motivasi barusan.
Senyum tenang Hartman menghangatkan suasana. “Kurasa itu yang bisa kujelaskan pada kalian. Waktu kalian tidak banyak dan tetap jaga keselamatan bersama. Saya undur diri sekarang.”
Kepala kami mengangguk satu kali, memberi hormat pada sang menteri. Beberapa orang di dekatnya berjabat tangan mewakili kami yang tetap berada di tempat. Tak lama setelah itu, sang menteri keluar diantar oleh kepala kepolisian dan kedua anggota intelijen. Sepertinya ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan di luar ruangan ini, namun kami tak ingin ambil pusing.
“Baiklah, seperti yang dikatakan Menteri Hartman, waktu kita tidak banyak. Sebaiknya kita mulai penyelidikan ini sekarang,” Steven mengembalikan fokus pada tujuan utama kami.
“Melihat tidak ada gerakan mencurigakan di seputar area pemerintahan pusat, kemungkinan besar mereka akan bergerak tepat esok hari. Jadi kita tidak bisa memastikan secara tepat gerakan mereka saat ini,” detektif Nelson memberi gambaran.
“Kalau begitu, kita mulai dengan data yang ada pada mereka,” Steven memandang Tom dan Chad. “Saatnya kalian tunjukkan senjata rahasia kalian.”
Tom mengangkat flashdisk yang menjadi kebanggaannya itu dan memberikannya pada Shayla. Sedangkan Chad hanya mengikuti di belakang Tom sambil memandang pekerjaan kami.
“Tidak semudah membuka film, ternyata kode ini juga terinskripsi,” kata Shayla mengetik beberapa huruf dengan cepat. “Aku tidak bisa langsung membukanya, tapi hanya perlu sedikit waktu.”
“Lanjutkan,” Steven memahami usaha rekan kami itu. “Riv, bisa bicara sebentar?” ia melangkah ke arah pintu.
Wajah bingungku langsung terpasang. “Ya,” jawabku mengikutinya.