Tinggal beberapa jam lagi waktu menunjukkan tengah malam. Kami beristirahat sambil menyantap makan malam, meletakkan sejenak semua berkas dan data yang telah kami teliti seharian. 4 tempat yang ditunjukkan Tom dan Chad tidak memberikan petunjuk lebih selain bekas beberapa benda yang digunakan kelompok Liberty. Detektif Nelson memerintahkan sejumlah polisi untuk berjaga, antisipasi jika ada anggota kelompok itu yang kembali. Tapi belum ada berita terbaru dan tak ada petunjuk tempat lain bahkan dari anggota mereka yang sudah 4 tahun bergabung.
Divya bersandar padaku, lelah dengan kesibukannya. Sedangkan Shayla meminum jus tomatnya sambil memijit dahinya. Mereka duduk di kedua sisiku, mengisi tenaga sebelum pembahasan lebih lanjut. Yang lain juga meletakkan kepalanya sejenak, tidak ingin terlalu lelah sebelum aksi sebenarnya berlangsung. Steven kembali mendapat telepon penting, sama halnya dengan detektif Nelson dan Trevor dalam beberapa jam ini. Ketiganya harus melaporkan perkembangan dan rencana misi untuk mendapat izin pergerakan kami.
“Kau ingin bicara dengan Riv atau hanya mengamati kami?” kata Shayla tiba-tiba. “Aaron?”
Pria yang disebut namanya itu mengalihkan pandangan sejenak, sebelum kembali ke arah Shayla. “Kalian bertiga sepertinya selalu bersama dalam setiap misi.”
“Kau tidak salah, karena memang mereka sudah satu paket hampir setelah mereka lulus menjadi agent lapangan,” sahut Fredrick yang mengangkat kakinya ke meja.
“Lalu bagaimana dengannya?” Aaron memandang Tom sebagai maksudnya. “River dan Tom memang rival, tapi kurasa keduanya saling melengkapi satu sama lain.”
“Keduanya memang sama-sama kuat, tapi agensi juga perlu pemerataan dalam penempatan agent unggul. Lalu petinggi Godwin melihat kolaborasi tiga perempuan itu dan memutuskan untuk menjadikan satu tim. Petarung jarak dekat, petarung jarak jauh, dan ahli komputer. Dari saat itu, mereka sudah menjadi sebuah tim solid,” jelas Fredrick.
“Kau masih mencari sejarahku, Aaron?” Tom menyeringai jahil.
“Aku hanya penasaran kenapa mereka begitu membencimu,” sahut Aaron ketus.
“Karena mereka kehilangan hal yang berharga,” jawab Tom angkuh.
“Mereka hanya menyesal tidak melihat kebodohannya sejak awal,” kata Divya seakan mengoreksi.
Tom kembali memasang senyum manisnya sebagai ungkapan sarkas pada kalimat Divya barusan.
“Tiga agent B Godwin akan ikut berbaur dalam kerumunan massa besok. Mereka akan menyebar dan mengamati kondisi sambil membantu aksi kita,” Steven memberikan laporan dari agensi kami.
Detektif Nelson kembali masuk dan langsung berdiri di sisi kursi penyelidikannya. “Semua, berkumpul!” ia memberi instruksi.
Kami langsung menegakkan badan di kursi masing-masing dan kembali fokus pada data-data di hadapan kami.
“Bagaimana perkembangan kita?” sang detektif membuka pembahasan.
“CCTV—yang sudah kita pasangi pemindai wajah—tidak menangkap keberadaan mereka setelah aksi demo hingga saat ini. Mereka bersembunyi selama itu,” Fredrick memberikan laporannya.
“Saat aksi kemarin, Holly Cigara keluar dari gedung pemerintahan dan berbaur dengan massa. Ia sempat terekam beberapa kamera sebelum menyelinap di salah satu celah pertokoan dan masuk ke sebuah mobil. CCTV menangkap pergerakan mobil itu hingga ke tepi pusat kota dan tidak terlacak lagi,” jelas Shayla.
“Bahkan kami mencoba melacak mobil yang dipakai, tapi tetap tidak ditemukan dimanapun. Dari plat nomornya, mobil itu dimiliki oleh Holly Cigara sendiri,” lanjut Divya. “Setelah aksi itu, dia tidak menampakkan diri sama sekali meski tak ada berita yang menyangkut identitasnya.”
“Tidak ada pergerakan di lokasi sasaran aksi besok. Tidak ada persiapan dari para demonstran di sana. Mereka hanya bergerak pada esok hari,” Susan melapor tugas lain kami.
“Barron Boyd juga tidak menampakkan diri pada publik, meski aksi besok adalah salah satu gerakan dukungan atas pendapatnya yang menolak peraturan baru itu,” Dario ikut bersuara.