Blam! Seketika keadaan gelap gulita. Semua lampu area stasiun petikemas padam.
“Shayla?!” Steven lebih dulu memanggil pengawas utama kami itu.
“Saklar utama! Seseorang mematikan lampu dari saklar utama!” sahut Shayla yang sama terkejutnya dengan kami.
“Aku akan periksa saklar!” Chad terdengar langsung berlari.
“Chad!” cegah Shayla.
“Chad! Kembali!!” Nelson ikut menahan.
“Dia keluar. Percuma untuk memanggilnya. Apa perlu kujemput?” Shayla menawarkan.
“Tidak! Tetap di tempat dan lakukan tugasmu. Bagaimana keadaan sekitar?” jawab Nelson cepat.
“Siap!” Shayla menerima perintahnya. “CCTV pelabuhan ikut mati, tapi aku masih bisa memantau dari kamera Godwin. Akan kunyalakan mode infrared pada kamera,” ia terdiam sejenak. “Target bergerak! Mereka—“
Lampu kembali menyala, menyilaukan mata kami yang sejenak mencoba beradaptasi dengan kegelapan.
“Siaga! Mereka memasuki area petikemas target,” Shayla melanjutkan kalimatnya.
Semua perhatian kami langsung tertuju pada area yang sedari tadi menjadi fokus utama. Perlahan, kami melihat belasan orang berjalan santai menuju ke petikemas sesuai dengan nomor yang dikirimkan.
15 orang berjalan beriringan memasuki area dan semakin dekat dengan benda besar itu. Semua nampak bersenjata, baik pistol biasa atau senapan laras panjang. Para pria yang berjalan di depan terlihat hanya membawa pistol biasa, sedangkan pasukan pengaman mereka bersiap dengan senjata laras panjang. Namun saat berada tepat di depan petikemas, mereka berhenti dan memandang sekitar.
“Apa yang mereka lakukan?” Trevor mewakili pikiran kami.
Tak lama setelah itu, salah satu dari mereka mulai membuka kunci dan menarik pintu kotak besar itu. Terlihat beberapa kotak kayu memenuhi ruang petikemas. Dengan tenang salah satu di antara mereka masuk, melepas tutup salah satu kotak kayu dan mengangkat isinya. Sebuah senjata laras panjang.
“Aneh. Hills tidak terlihat, padahal mobil itu miliknya. Satu orang masih berjaga di mobil mereka, tapi aku tidak bisa memastikan siapa,” Shayla kembali memberi pantauan. “Tunggu! Ada mobil masuk ke area.”
“Siaga! Siaga! Jangan bergerak dulu!” Nelson segera menahan pergerakan kami.
Transportasi itu berhenti tepat di depan petikemas. Sepertinya mereka siap mengangkut isi petikemas ke 4 mobil yang datang tiba-tiba itu.
“Orang di mobil Hills keluar,” Shayla terus memberikan pantauan. “Sial! Ada beberapa orang yang bergerak ke arah kalian.”
Secara otomatis kami langsung memandang sekitar, memeriksa posisi kami.
“Teman-teman, dia membawa remote kontrol,” Shayla terdengar khawatir. “Orang yang turun terakhir. Dia membawa remote kontrol!”
Sebuah suara dengung menyita perhatian kami. Serentak, kami langsung memandang atas dimana asal suara aneh itu berasal.
“Sepertinya kami tahu apa yang ia kendalikan,” kata Trevor.