Godwin Agency 2: Reunion

FS Author
Chapter #25

Alasan

Tatapan Aaron ke arahku, tak ingin mengatakan yang terjadi. Ia menahan luka di leher Steven yang tidak berhenti mengeluarkan darah.

“Tidak! Steve!!” panggilku, meski kutahu percuma.

“Sial!!” umpat Tom sebelum bangkit, lalu melangkah keluar perlindungan sambil melepas beberapa tembakan. Terakhir, ia menembak ke arah atas.

Blaamm!! Sebuah ledakan besar meruntuhkan sisi terowongan, menutup jalur di antara kami.

Tom terduduk, menghela nafas lega dengan hasil karyanya. “Ini akan menahan mereka untuk sementara,” ujarnya.

Tak perlu dijelaskan, kami sudah mengetahuinya. Memang tidak banyak waktu yang diberikan, namun akan cukup untuk menyelamatkan orang-orang kami yang terluka.

Kakiku langsung berlari ke arah Steven dan Aaron di sisi seberang. “Tidak, tidak!”

“Lukanya mungkin tidak mematikan. Tapi jika dibiarkan, dia akan kehilangan banyak darah,” jelas Aaron. “Kita harus menariknya mundur segera.”

Kuambil perban darurat dari dalam rompi Steven dan menekankan pada lehernya.

“Jangan bergerak atau bicara dulu. Tekan saja lukamu,” Aaron mengarahkan tangan Steven agar menekan luka lehernya.

“Shayla, panggil paramedis segera!” kataku cepat.

Apa yang terjadi?! Keadaan ramai sekali! Bagaimana—

“Paramedis, Shay!” potongku.

Ya ya!” sahut Shayla cepat. “Mereka dalam perjalanan. Katakan apa yang terjadi? Kenapa dengan Steve?

Aaron melihatku yang masih terdiam. “Kami akan jelaskan nanti, Shayla.”

Tunggu! Katakan padaku!!” protes Shayla.

Kulepas earbudku, menghindari kepanikan rekan kami itu, lalu beralih pada Tom yang masih terduduk di tempatnya. Perhatianku langsung tertuju pada bagian celananya. “Kau bodoh!” komentarku, melihat kakinya yang mengeluarkan darah.

“Jangan membentakku,” jawabnya tanpa meninggikan nada. “Kita harus segera menolongnya.”

Brrukk! Runtuhan terowongan mulai mengikis.

Tanpa pikir panjang Aaron langsung bangkit, menarik tubuh Steven, dan mengangkutnya di pundak.

Aku segera membantu Tom, memapah badannya berjalan menjauhi reruntuhan.

Setelah beberapa meter, kami terduduk lagi. Tom melepas beberapa tembakan untuk membuat reruntuhan lagi, bahkan tanpa memberi peringatan lebih dulu. Kami tahu, bahkan dengan reruntuhan kedua itu, masih belum bisa menahan laju lawan kami.

“Setidaknya itu akan menahan mereka lagi,” kata Tom tanpa rasa bersalah. Ia menegakkan badannya yang duduk di balik tumpukan beton.

Kuambil perban panjang dari celah rompiku dan menangani luka di kakinya. Lukanya cukup parah dan tidak ada tanda keluarnya peluru. Perbanku hanya menahan pendarahannya selama beberapa menit, sama seperti keadaan Steven.

“Aku tidak melihat Holly Cigara dan Josh Slade tadi,” kata Tom sambil mengatupkan giginya menahan sakit. Pandangannya beralih pada Aaron, “kau harus segera membawanya keluar. Jangan biarkan dia gagal mencapai Chief tahun ini dan membatalkan pernikahannya.”

Aaron tidak menjawab, ia memandang bingung Steven dan aku bergantian. Dia tahu, Steven sedang kritis sekarang dan kami berdua juga harus segera keluar sebelum lawan kami menjebol reruntuhan.

“Pergilah, kami akan memberi kalian waktu,” Tom kembali meyakinkan Aaron.

Kupasang kembali earbud-ku setelah selesai mengikat perban kaki Tom. “Aaron,” panggilku tenang, saat rekan kami itu masih terdiam. Kutatap dirinya lekat, “kumohon, selamatkan Steven.”

Terlihat rahang Aaron mengatup rapat, berat untuk keluar dari pertarungan walaupun ia sedang menyelamatkan seseorang. Satu helaan nafas cepat keluar darinya. Diberikannya laras panjang Steven dan pistolnya pada kami. “Hati-hati!”

Kepalaku dan Tom mengangguk menerima pesan dan senjatanya.

“Semua, mundur! Bawa semua korban keluar!” perintahnya pada pasukan kami.

Semua langsung saling membantu untuk membawa korban terluka menuju pangkal terowongan. Shayla mengatakan paramedis sudah menunggu. Sedangkan pasukan pendukung akan datang 5 menit lagi. 2 bom di langit-langit atas kami mungkin bisa menahan mereka lagi, tapi tidak selama sebelum pasukan pendukung datang. Sedangkan reruntuhan di depan kami mulai terkikis dengan cepat.

“Dari jarak ini, waktunya cukup untuk pasukan pendukung tiba. Sedangkan pasukan Nelson pasti sudah dapat bantuan dari ujung terowongan. Aku hanya perlu menahan mereka di sini,” jelas Tom melihat keadaan kami.

Kukokang senjataku, “tidak masalah,” kulihat pasukan kami sudah mulai menjauh dari kami, setidaknya jarak mereka sudah aman.

“Riv, apa kau mendengar penjelasanku barusan?” nada Tom seakan meragukanku.

“Ya. Tahan mereka di sini,” kutatap dirinya. “Kita beri pasukan Steven waktu untuk keluar terowongan dengan menahan kelompok Liberty.”

“Aku yang akan menahan mereka di sini,” ia menekan tiap katanya.

Tawa kecilku keluar, “jangan bercanda,” kutolak ucapannya barusan. “Kau bahkan tidak bisa berjalan. Jangan sok jadi pahlawan.”

“Itulah alasannya,” ia mengangguk. “Aku tidak bisa berjalan dan kita tidak punya cukup waktu untuk menahan mereka, bahkan dengan dua bom yang tersisa.”

Lihat selengkapnya