Sirine dari mobil yang kami naiki memecah jalanan, memberikan pandangan tajam dari masyarakat yang terganggu dengan kemunculan kami. Mereka bisa menilai sesuka hati, tapi tugas kami akan menyelamatkan keadaan mereka nanti.
“Satu pasukan akan membantu misi kita kali ini. Mereka menuju ke lokasi, jadi kita harus menunggu sebentar,” detektif Nelson mengantongi kembali ponselnya.
“Menunggu? Kau yakin?” protes Divya.
“Jalur jalanan villa itu hanya satu. Kita bisa menghadang mereka dari jalan itu,” ia menggeser tablet di tangannya sebelum memberikannya pada Divya.
“Pemantauan sinar x sudah kulakukan. Sejauh ini ada 13-14 orang di dalam villa,” lapor Shayla.
“Satu pasukan kita sudah lebih dari cukup,” Nelson menanggapi. “Bagaimana dengan keadaan di depan gedung pemerintahan pusat?”
“Ramai,” sahut Fred.
“Lalu?” tanya Divya ketika Fred tidak memberikan penjelasannya.
“Kami menemukan beberapa orang anggota Liberty. 2 di antaranya membawa bom rakitan sederhana,” jelas Fred. “Semua masih siaga. Banyak video yang kudapat dari para demonstran dan kami hampir dapat melihat semua sudut. Rencana kita berhasil.”
“Lanjutkan, Fred,” Nelson menerima laporannya.
“Siap!” jawab Fred.
Mobil berbelok memasuki kawasan perbukitan. Hanya ada beberapa villa di daerah puncaknya, kebanyakan villa dibangun dekat dengan danau. Itu akan membantu kami menjauhkan warga sipil jika tindakan lawan di luar kendali. Setelah naik beberapa tanjakan, Aaron menepikan mobil pada satu-satunya jalan ke arah sebuah kompleks villa di puncak bukit. Kami menunggu, mengamati pergerakan dari pemindai sinar x yang dikirim Shayla ke tablet kami.
“Target masih di dalam. Tapi pergerakan mereka sepertinya sedang terburu-buru,” kata Divya memantau tabletnya.
Tak lama kemudian, sebuah mobil pasukan keamanan berhenti di dekat kami. Serentak, kami langsung keluar mobil dan mulai berkumpul dalam satu lingkaran. 10 orang siap membantu kami meringkus sisa kelompok Liberty.
“Kita kepung villa itu dari berbagai arah,” detektif Nelson mulai memberi arahan. “Divya dan dua orang ambil kiri, River dan dua orang pasukan ambil sebelah kanan, tiga lainnya bersama Aaron ke bagian belakang, sisanya bersamaku lewat depan.”
Kami semua mengangguk menerima pembagian tugas ini.
“Bergerak sekarang!” komando Nelson.
Kami segera menuju mobil untuk masuk ke area villa target kami. Akan lebih mudah membawa kendaraan kami sedekat mungkin, sehingga dapat lebih cepat mengejar target jika mereka kabur dengan kendaraan. Dua mobil bergerak dalam senyap mendekati bangunan berlantai 3 itu. Setelah sampai halaman, kami segera turun dan berpencar sesuai dengan pembagian tugas tadi.
Ada kemungkinan target mengetahui kedatangan kami, tapi kami sudah bersiap dengan senjata dan pengepungan ini. Jika mereka menyerang, kami tak segan melumpuhkan mereka.
“Target menyebar. Bersiaplah,” Shayla memberikan gambaran. Meski kami tidak mengetahui pasti keberadaan dua orang sasaran utama kami, namun setidaknya pergerakan mereka bisa kami antisipasi dengan ini.
Satu anggukan kami memberi isyarat bahwa kami siap menyerbu masuk. Pasukanku berhasil membuka paksa pintu sebelah kanan dan langsung masuk mengamankan keadaan.
Dor! Dor dor!!
Satu target berhasil kami lumpuhkan. Satu tembakannya meleset, gagal menghadang kami. Tangan orang yang memimpin jalan kami terangkat, lalu menunjuk kiri dan kanannya, memberi isyarat agar kami menyebar. Kuambil arah kanan dan satu orang di sampingku ke arah kiri. Kami segera bergerilya menelusuri sisi ruangan.
Langkahku bergerak tanpa suara menelusuri perbotan dari sisi rumah ini. Fokusku teralihkan begitu melihat sosok pria yang melesat lari dari salah satu ruang depanku. Tepat saat aku akan mengejarnya, pria itu berbalik dan melontarkan beberapa peluru.
Dor dor dor!!