Godwin Agency 2: Reunion

FS Author
Chapter #27

Hidup

“Aurora!!”

Aurora menginjak rem mendadak, lalu kembali melajukannya lagi hanya untuk mengguncang isi mobil dan menghilangkan keseimbanganku. Kemudian ia menarik pistolnya dan mengarahkan pada penyusup mobil curiannya itu. “Jangan!” cegahnya, walaupun belum ada penjelasan yang terucap. “Kau tidak akan memahami perasaanku. Jangan coba menghentikanku!”

Posisiku terancam dan kami melaju cepat menuruni perbukitan. Kuangkat tanganku, lalu duduk dengan benar menghadap ke depan. “Jason Curtis?”

Seketika wajahnya mengarah padaku, penuh amarah. “Bagaimana kau—“

“Hanya dugaan,” potongku. “Melihat kasus yang menyeret orang di belakangmu itu, lalu waktu yang kau pilih saat bergabung bersama kami, kurasa aku punya sebuah perkiraan untuk itu.”

Pandangan Aurora menajam, menatap jalanan, aku, dan melirik Holly Cigara di belakangnya bergantian. Emosinya bercampur dan di luar kendalinya. Pistolnya menekanku sejenak, terlihat menahan amarahnya, namun tidak ingin menekan pelatuknya padaku. Ia menggigit bibirnya cemas, sambil terus melihat ketiga arah bergantian.

“Apa rencanamu?” tanyaku tetap tenang, menghindari sikap ancaman padanya.

“Dia seharusnya melindungi masyarakat, bukan malah sebaliknya!” lirikan tajam Aurora mengarah ke bangku belakangnya. “Lihat apa yang diperbuatnya!! Dia lolos selama 4 tahun karena bergabung dengan kelompok sampah ini! Kelompok yang juga membunuh Tom Harvey!”

“Hentikan—“

“Jason Curtis,” ia mengabaikanku. “Dia kekasihku. Kami merahasikannya pada siapapun karena tahu konsekuensinya,” senyumnya terpasang sedih. “Dia akan melamarku setelah misi itu selesai. Misi 4 tahun lalu! Tapi lihat apa yang diperbuatnya!!” bentakannya mengarah tepat pada Holly Cigara, meski ia tidak memutar badannya.

Suara sirine mobil polisi perlahan terdengar dari belakang kami. Mereka berhasil mengejar kami.

“Aku bergabung dengan Godwin untuk mendapatkan data dan menangkap komplotan mereka, sekaligus mencari pelakunya. 4 tahun waktu yang cukup banyak untuk lari dari kesalahannya,” Aurora menitikkan air mata, puncak dari segala emosinya. “Ini adalah hari yang kutunggu.”

“Aurora,” aku mencoba menenangkannya.

Kini tatapannya mengarah padaku. “Kau sendiri yang melibatkan diri dalam situasi ini. Kau bisa keluar sendiri,” ucapnya sebelum menekan gas lebih dalam. Lalu pistol yang mengarah padaku berpindah ke tongkat rem tangan. Ia menghabiskan pelurunya untuk merusak salah satu rem mobil itu, mencegahku untuk menariknya selagi ia terus melajukan mobil.

“Aurora!”

“Keluarlah sekarang, Riv! Mungkin kau akan mendapat cedera ringan, tapi lebih baik daripada terus berada di mobil ini,” dibuangnya pistol itu ke arah jendela.

Sebuah pukulan kuarahkan pada kepalanya, mencoba melonggarkan kekuatannya.

Lihat selengkapnya