Godwin Agency

FS Author
Chapter #2

Part 2

Seminggu setelah misi kami yang terakhir, Shayla menghubungi kami. Saat itu, aku dan Divya sedang pergi keluar kota—yang berbeda—untuk mencari inspirasi tulisan kami, serta membuat alibi kehidupan kami yang ‘normal’ sebagai seorang penulis.

“Masih dengan tugas penelitian data,” Shayla membuka pembicaraan begitu kami bertiga sudah duduk manis di ruang tengah. Dia lebih suka menggunakan kata ‘penelitian’ alih-alih ‘pencurian’ data saat kami harus menyusup dan mengambil data dari seseorang atau suatu tempat.

“Pesta lagi?” Divya nampak bersemangat melihat susunan rencana yang ada di layar.

“Situasi terbaik untuk meneliti data,” Shayla mengangguk. “Target kita adalah Charles Dixon, kepala perusahaan distributor barang dari luar negeri. Ia mengadakan pesta ulang tahunnya dengan beberapa undangan tamu penting. Kalian akan berperan sebagai tamu. Div, kau akan mengawasi sekitar. Riv kau yang mengambil datanya.”

“Dimengerti,” ucap kami berdua kompak, sambil tetap memandang rencana kami.

“Pestanya nanti malam.”

“Serius?!” Divya melebarkan matanya.

“Memangnya kenapa?” Shayla menatapnya bingung. “Semua sudah disiapkan, kok.”

“Malam ini, artinya 10 jam lagi, kan?”

“Iya,” Shayla masih menatapnya polos.

“Aku akan nonton film dulu,” Divya melenggang dengan tenangnya.

Shayla mengedipkan mata beberapa kali, terlihat ia bingung dan kesal sudah dijahili. Lalu, ia menatapku. “Kau juga akan nonton film?”

“Nonton film?” aku mengerutkan kening, “sebenarnya aku mau tidur. Tapi sepertinya tidak bisa. Jadi, ya,.. aku akan nonton film,” lanjutku sebelum ikut melenggang meninggalkan Shayla.

“Kalian tahu aku bisa menghajar kalian, kan?!” Shayla berteriak kesal.

-[G]-

Malam hari, kami memarkir mobil aksi kami satu blok lebih jauh dari tempat target. Shayla segera memberi earphone dan memastikan tidak ada yang akan melacaknya. Divya memasang sabuknya dan menyembunyikan pisau plastik yang bisa lolos dari deteksi logam. Sedangkan aku sudah mempersiapkan dua pisau plastik kecil pada masing-masing sepatu pestaku.

“Cukup hubungkan ke komputer yang ada di ruang kerjanya, lalu salin berkas utama sambil jalankan program yang ada di flashdisk ini,” Shayla memberiku sebuah benda yang ia maksud.

“Oke,” anggukku sambil menerimanya. “Ini flashdisk kosong, kan?” kuperlihatkan tangan kananku yang sudah mengambil sebuah flashdisk lain darinya.

Shayla memicingkan matanya. Ia merogoh saku belakang celananya, memastikan dugaannya. Ia nampak kesal saat tahu menjadi korban latihan kelihaian tanganku. “Kau harus membayarnya nanti.”

“Ya, ya,” jawabku santai sambil menyimpannya di kaki kananku.

“Aku juga mau,” Divya mengulurkan tangannya.

“Nanti!” Shayla menolaknya tegas. “Cepatlah keluar sebelum pesta selesai!”

“Tenang, tuan rumahnya kan belum datang,” Divya tersenyum manis.

Shayla tidak berkomentar, ia hanya menayangkan sebuah CCTV dari layarnya.

“Kita pergi sekarang!” kata Divya langsung bergerak.

Aku tidak kalah cepat dengan Divya yang langsung melompat keluar dan menuju sebuah mobil ferrari sebagai samaran kami.

“Kenapa kau yang selalu pegang setir saat kita pergi?” protes Divya sambil memasang sabuk pengamannya.

“Aku pengemudi yang lebih baik darimu,” jawabku ringan, tidak mempedulikan nadanya. Kulajukan mobil menuju gedung misi kami malam ini.

Sesampainya di tempat target, aku dan Divya membaur dengan penikmat pesta yang lain. Kami meneliti sekitar, mencoba mengenali sebanyak mungkin orang yang bisa menjadi penghalang misi kami. Tapi, kami sudah membaca beberapa daftar peserta pesta—yang telah dijelaskan Shayla—dan memeriksa jalur rencana kami.

Ruangan yang menjadi target kami ada di lantai kedua, tepat di bawah lantai tempat terselenggaranya pesta. Aku tidak bisa menyamar sebagai pelayanan malam ini karena akan lebih mencurigakan dengan susunan rencana yang kami atur pada misi ini. Jadi, aku menggunakan gaun hitam khusus, sedangkan Divya memakai gaun kuning dengan kain lembut dan model rok yang lebar.

“Beberapa penulis mengikuti pesta ini. Sepertinya menarik,” Divya berjalan melewatiku.

“Penulis dengan penghasilan fantastis lebih tepatnya,” aku menambahkan, mengenal beberapa wajah.

Oke, gadis-gadis, tuan rumah sedang menikmati gelas ketiganya. Kuharap dia akan berbicara lebih lama dengan seseorang di sana,” ucap Shayla memberikan gambaran. “Pengawal ruang bawah sudah selesai memeriksa. Sekarang saatnya,” lanjutnya.

Kami berdua—aku dan Divya—saling melirik, lalu berjalan ke salah satu balkon. Kami berhasil mengusir orang-orang yang akan mendekati balkon dengan mengarahkan mereka untuk kembali berpesta di dalam.

“Malam yang indah,” kata Divya yang berjalan agak di belakangku.

“Jika kau mulai berputis, aku akan melemparmu sekarang juga,” ucapku berdiri di depannya, tepat di sisi balkon sambil mengangkat salah satu sisi gaunku dan mengikatnya. Kini, gaun hitamku menjadi sebuah jumpsuit, memudahkanku untuk bergerak.

“Oh, sepertinya kau punya jalan pulang lain jika aku terlempar dari balkon ini,” ia melebarkan gaunnya, menutupi diriku dari keramaian pesta di belakangnya. “Aku ingat kau pernah lompat dari ketinggian 5 meter. Tapi balkon ini mencapai 8 meter lho.”

“Aku tidak akan melompat dari balkon ini, tentu saja,” jawabku.

Jika kalian melompat dari balkon itu, aku akan menghapus riwayat pertemanan kita agar aku tidak terlibat dalam aksi konyol kalian,” sahut Shayla sebal.

Kami berdua tersenyum geli mendengar rekan kami itu sedang kesal.

Divya mengambil sabuk yang ia kenakan, lalu mengikat salah satu ujungnya ke balkon, tepat melewatiku, yang juga bisa menyamarkan gerakannya. “Kami siap,” ia memberikan ujung lainnya padaku.

Selamat ulang tahun, Pak Dixon,” ucap Shayla sebelum beberapa kembang api muncul di balkon sisi seberang kami. “Sekarang!

Divya menatapku dan mengangguk, pertanda ia siap beraksi.

Aku duduk di tepi balkon, lalu Divya bergerak sedikit kesamping untuk menutupi aksiku yang kini berdiri di luar balkon dengan sedikit pijakan. Tanpa menunggu lama, aku terjun, berayun kecil dengan tali elastis—yang disembunyikan sebagai sabuk Divya tadi—dan mendarat tepat di balkon bawah dengan tenang. Kulepaskan tali elastis tadi dan membiarkan Divya mengenakannya sebagai sabuk lagi.

Penjaga masih di luar. Perhatian semua orang ada pada kembang api. Kau bisa masuk sekarang, Riv. Aku akan mengawasi tuan rumah.

Lihat selengkapnya