Godwin Agency

FS Author
Chapter #7

Part 7

Tidak ada komentar, ia hanya meneliti data di hadapannya dengan cepat, memilah beberapa laporan keuangan dan surat-surat perusahaan. 

Perhatianku beralih pada layar yang ada di sebelah kiri, dimana beberapa data yang kupilah tadi masih terpajang jelas. Sekilas, aku tidak bisa mengatakan apakah data itu aman atau bahkan lebih berbahaya dari apa yang terlihat. Jika kami bertiga yang sedang mengerjakannya—aku, Divya, dan Shayla—pasti Shayla langsung memprosesnya, apapun hasil yang muncul. 

“Kau tahu, kau bisa mengambil data ini saat aku berganti baju tadi dan pergi begitu saja.” 

Sontak, perhatianku langsung mengarah pada orang yang ada di sisi kananku itu. “Ya, aku tahu. Tapi aku tidak melakukannya,” ucapku menanggapi. Lalu kembali memandang layar sebelah kiriku. 

“Kenapa?“ 

“Aku profesional.” 

Aaron tidak berkomentar selama beberapa detik. “Hanya itu?” tanyanya saat mengetahui tidak ada kalimat lanjutan dariku. 

Aku kembali memandang lawan bicaraku itu. “Ya,” jawabku singkat sebelum kembali ke arah layar. “Lagipula, terlalu mudah untuk mengambilnya dengan cara seperti itu.” 

“Apa semua agent menyukai tantangan sepertimu?” 

“Kebanyakan iya.” 

Ia memutar badannya menghadap ke arahku, “katakan, apa tanggapan mereka saat kau bekerjasama denganku?” 

“Mereka mengingatkan jika kami bukanlah pembunuh. Tapi jika aku membuatmu patah tulang tanpa melayangkan nyawamu, itu tidak masalah,” jawabku dengan tenang, seakan menjelaskan bagaimana cara menyalakan sebuah komputer. 

“Kau serius akan melakukannya?” 

“Ya,” jawabku dengan nada yang sama dan wajah yang polos, tanpa tekanan, tanpa tatapan tajam. 

Aaron memasang senyum gembiranya, “mengagumkan! Senang sekali bisa bekerjasama dengan agent sepertimu.” 

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya, “berhenti berlagak seperti bocah. Kita punya pekerjaan sekarang.” 

Tawa kecil Aaron perlahan berganti dengan senyum santainya. “Ya, ya, aku tahu.” 

Kepalaku menggeleng kecil menanggapinya. Perhatianku teralihkan pada ponselku yang berbunyi dan menampilkan pesan dari Divya yang membuatku tersenyum lebar. 

“Dapat pesan dari pacar?” Aaron melihatku yang asyik membaca pesan. 

“Divya,” kataku mengoreksi dugaannya. 

“Oh, apa yang dia katakan?” 

Kini pandanganku menuju ke arah lawan bicaraku itu. “Dia tanya apakah aku sudah membuatmu lumpuh,” lalu aku memasang senyum manisku, “kubilang belum, karena kau masih bermanfaat bagiku,” lanjutku. 

“Jadi, jika kau sudah selesai denganku, kau akan melakukannya?” 

“Tidak juga. Jika kau orang yang menyenangkan, aku tidak akan menyakitimu.” 

“Wah, kurasa seharusnya aku berfikir ulang saat akan mengajakmu untuk meneliti data dari Dixon kemarin.” 

“Sudah terlambat untuk itu.” 

“Ya, aku tahu,” sahut Aaron, masih dengan nada santainya. 

“Dan kau tetap melakukannya,” aku mengingat sesuatu. “Kau bahkan mengancam akan membeberkan identitas kami. Sebenarnya, kenapa kau begitu menginginkan data ini, selain hal reputasi yang kau katakan kemarin?” 

“Aku ingin membongkar sesuatu dari data itu dan kita menemukannya.” 

“Ya, inilah kita sekarang, meneliti data lain,” aku mengakui. “Tapi ada yang membuatmu seperti mengejar sesuatu. Sesuatu yang di luar pembongkaran ini,” aku mendapat satu tebakan, “apa klienmu menyuruhmu bertindak hingga pembongkaran data sejauh ini?” 

“Bagaimana jika ya?” 

“Maka pembayaran jasamu tidak hanya berupa uang. Ada hal yang lebih membuatmu rela melakukan apapun demi mendapatkan hal itu dari klienmu.” 

Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya terdiam. Bahkan untuk beberapa saat ia tidak menunjukkan akan menanggapi analisisku barusan. 

“Kau tidak menyangkalnya.” 

“Itu hal pribadi,” jawabnya singkat. Lalu ia memutar badannya untuk fokus kembali ke layar komputernya dan mengetik beberapa huruf dalam pencarian data-data. 

Lihat selengkapnya