Langkahku terarah untuk duduk dengan pandangan yang menerawang jauh, mencoba memahami apa yang kami hadapi saat ini. Banyak dugaan yang mungkin bisa terjadi ataupun malah tidak sama sekali, karena temuan kami masih sangat banyak celah. Tapi satu yang jelas, ini menyangkut agensi kami dan bukan hal yang biasa diselesaikan dengan cara rapat para petinggi.
Kedua rekanku tidak berkomentar, masih asyik dengan kegiatan mereka, walau jelas mereka melirikku beberapa kali.
“Shay,” panggilku dengan nada ragu.
“Kau butuh sesuatu?” Shayla langsung menanggapi.
Kuarahkan pandanganku pada lawan bicaraku. “Kau mendapat beberapa nama dari orang-orang kemarin? Ada yang menarik perhatianmu?”
“Ya, tapi aku belum meneliti lebih lanjut,” ia memandangku bingung. “Tapi sejauh ini, Peter Gold nampak sangat mencolok dibanding tersangka lain.”
Setidaknya aku tidak harus memberikan hasil dari penyelidikanku dan Aaron saat ini. “Bisa kau lihat data keuangannya?”
Perempuan itu nampak ragu sejenak, lalu ia menarikan jarinya cepat ke atas keyboard. “Ya, aku bisa mendapatkannya."
Aku melangkah menuju ke meja komputer, lalu memandang beberapa deret angka dengan nama-nama transaksi. “Point Textile,” kataku membaca salah satu transaksi.
Shayla langsung meniliti transaksi yang kumaksud.
Divya yang awalnya sibuk dengan laptopnya, kini berjalan bergabung dengan kami.
“Mereka membeli banyak bahan aksesoris, bahkan dalam jumlah penjualan yang normal,” Shayla memperlihatkan data yang ia maksud. Wajahnya kaku sejenak, menangkap sesuatu. “Point Textile, bukahkah—“
“Pemasok bahan busana dari Eddie,” potongku, “ya,” lanjutku, jelas tidak senang dengan apa yang kami hadapi.
“Perusahaan Peter Gold bergerak di bidang teknologi dan belum pernah menyinggung bidang fashion. Tapi tiba-tiba mereka punya transaksi yang cukup besar,” Shayla menambahkan. “Jumlah yang sama dengan transaksi antara Point Textile dan Hudson Fashion.”
“Tunggu, apa artinya ini?” Divya memandang kami bergantian.
Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan barusan. “Apa ada kabar tentang ini dari agensi?”
Shayla mengingat sejenak, “sejauh ini tidak ada. Tapi jika agensi tidak mengetahuinya,..” ia menggantung kalimatnya, tidak ingin melanjutkan dugaan buruknya.
“Apa kita harus menyelidikinya?” Divya mengerutkan kening.
“Menyelidiki agensi kita sendiri? Keluarga sendiri?” Shayla langsung protes, tapi ia terlihat juga tidak ingin hal ini berlarut.
Divya memandang kami sama bingungnya, “lalu bagaimana? Kita juga tidak bisa mengatakannya sembarangan ke agensi atau mereka akan memandang kita sebagai pemecah keluarga. Tidak ada bukti kuat karena kita harus menyelidiki lebih jauh. Dan jika kita menyelidiki lebih jauh, itu artinya—“ ia menelan ludahnya, “—kita harus menyelidiki Eddie.”
“Kita bahkan tidak tahu apakah Eddie mengetahui hal ini atau tidak. Tapi aku tidak sanggup jika harus menanyakannya,” Shayla menggeleng. “Entah apa yang terjadi jika ia sampai tersinggung.”
Pikiranku berlari cepat, mencari jalan keluar yang bisa kami ambil saat ini dan benar-benar dalam detik ini. Hingga kubuat suatu keputusan berat. “Shayla, kau pantau setiap kabar dari agensi. Apapun yang terjadi mungkin bisa menjadi petunjuk untuk hal ini. Jangan ungkapkan hal ini dulu.”
“Aku mengerti,” Shayla mengangguk.
“Lalu, apa kita akan menunggu hingga mendapat petunjuk itu? Maksudku, itu memang sangat aman, tapi entah sampai kapan—“
“Kami akan menyelidikinya,” aku memotong ucapan Divya. “Aku dan Aaron,” jelasku.
“Apa?!” keduanya langsung menyahut.
“Riv, kau tak bisa—“ Divya menghentikan ucapannya sendiri. “Kau bercanda?”
“Kita tidak bisa membiarkan ini terlalu lama,” ucapku yang kutahu memang sependapat dengan mereka.
“Ya, tapi tidak dengan ini,” protes Divya. “Bagaimana jika agensi tahu kalau anggotanya menyelidiki anggota lain?”
“Itulah kenapa aku akan meminta satu hal lagi pada kalian,” ucapku masih dengan nada tenang.
Keduanya memandangku lekat.
“Potong aku,” kataku dengan tekad yang sudah kubulatkan. “Keluarkan aku dari agensi, hapus semua dataku,” lanjutku yang kutahu pasti mereka sudah mengerti saat aku mengatakan kalimat sebelumnya.
“Kau gila. Tidak!” Divya menolak tegas. “Kita bahkan belum tahu apakah Eddie adalah tersangka atau korban di sini.”
“Dan inilah cara agar kita bisa tahu apa yang terjadi,” ucapku menyambung kalimat Divya. Aku menggeleng kesal, “aku ingin membuktikan jika Eddie tidak bersalah. Tapi aku tidak bisa condong dalam satu pendapat.”
Suasana hening selama beberapa detik, membiarkan kami merenung dengan apa yang sedang kami hadapi saat ini.
“Kurasa River benar,” Shayla akhirnya berkata. “Aku juga tidak sepenuhnya setuju jika harus menghapusnya dari agensi. Tapi ini cara agar masalah ini tidak berlarut jauh,” ia menambah cepat sebelum Divya memprotes.
Kini, pandangan kami tertuju pada Divya yang masih belum menyetujui keputusan ini.
“Aku tidak menyukai ide ini,” Divya memandang kami kesal.
“Aku juga,” Shayla menjawab.