Godwin Agency

FS Author
Chapter #18

Part 18

Dua hari setelah kasus kami usai, ada hal lain yang harus kuselesaikan. Aku menghubungi dan meminta sedikit waktunya untuk bertemu. Ia setuju—dengan sedikit terpaksa—dan kami memilih bertemu di tempat favoritnya di kota ini yang juga menjadi tempatku untuk mencari inspirasi.

Pria itu duduk dengan tenang dan menikmati suasana sekelilingnya, memandang obrolan orang yang memberi banyak ekspresi. Sesekali ia mengetik sesuatu di ponselnya dengan senyum yang terpancar dari wajahnya.

“Sean G,” ucapku sebelum duduk di depannya.

“Rivera Thane?” ia memastikan.

Aku memasang senyum miringku, “ada yang ingin aku bicarakan.”

“Maaf, jika ini tentang Divya, aku benar-benar—“

“Aku yang melakukannya,” potongku cepat. “Divya sama sekali tidak memata-mataimu. Aku yang melakukannya, menyusup ke kamar dan membuka laptopmu. Divya sama sekali tidak mengetahuinya, bahkan mencoba membelamu, tapi kau malah salah sangka padanya.”

Lawan bicaraku itu terdiam bingung.

“Divya akan datang beberapa menit lagi,” aku menunjukkan peta dengan titik hijau bergerak di layar ponselku.

“Bagaimana jika kalian bersekongkol?” Sean masih curiga.

“Aku dengar kau bisa membaca ekspresi orang dengan baik dan punya mata yang jeli. Jadi, kau bisa memutuskan apakah aku sedang berbohong atau tidak,” aku memajukan badanku, membiarkannya menatap wajahku lebih detail.

Sean berkedip beberapa kali dengan gugup.

“Aku yang mengintaimu karena aku butuh data dari laptopmu. Ini bukan tentang naskahmu, tapi hal lain yang sebaiknya tidak kau ketahui,” kukatakan setenang mungkin. “Divya teman baikku dan aku tidak ingin melihatnya sedih,” lanjutku saat lawan bicaraku masih diam.

Sean mengangguk pelan, “kurasa aku paham perasaanmu.”

Aku tersenyum simpul, “dia menyukaimu dan kudengar kalian nampak akrab sebelum kejadian ini. Jadi, aku ingin memperbaiki keadaan.”

“Baiklah,” ucapnya lirih.

“Kalian masih bisa bersama dan kau tidak perlu mengungkit masalah ini ataupun pertemuan ini,” ucapku santai, “aku ingin kau menjaganya, walaupun aku tahu dia bisa menjaga kalian berdua lebih baik.”

Ia memandangku bingung. “Menjaga kami berdua?”

“Apa kau ingin bersama Divya lagi?” kuabaikan pertanyaannya.

Sean mengerutkan keningnya, “ya, kurasa aku menyukai dirinya.”

“Bagus,” aku kembali tersenyum. “Sekarang dengarkan aku.”

Wajah Sean kembali terfokus padaku, walaupun masih ada kebingungan.

“Jaga Divya. Aku ingin kalian—dia—bahagia. Tapi jika kau menyakitinya, aku akan menguburmu. Jika aku melihatnya menangis, aku akan menguburmu. Jika aku melihatnya kecewa, aku akan menguburmu. Bahkan jika sampai aku melihatnya murung,” kupasang senyum prihatinku, “aku akan menguburmu. Kau paham?” kini wajahku kembali ke ekspresi ramah yang menakutkan.

Lawan bicaraku itu terdiam kaku. “Ya,” ucapnya beberapa saat kemudian. “Tapi kau tidak bisa membunuhku dan mengubur begitu saja. Orang-orang terdekatku pasti akan mengetahui—“

“Aku tidak bilang akan membunuhmu,” potongku masih dengan wajah tanpa dosa.

“Ouh,..” ia mengatur pandangannya. “Tapi—“

Lihat selengkapnya