Sally hanya melipat kedua lengannya ketika Flo dan Meera bercerita dengan menggebu-gebu.
“Dan itu,” Flo terengah-engah, jari telunjuknya bergoyang-goyang. “adalah salah satu adegan nyata di depan mataku yang paling membuat merinding yang pernah kurasakan.”
Meera mengangguk-angguk cepat. “Kami tidak banyak bicara selama perjalanan pulang. Benar-benar tidak berbicara. Kami baru membuka mulut ketika Kombi Fabian sudah terlihat di ujung mata.”
Sally masih tidak mengerti kenapa kedua temannya bereaksi seperti sekarang ini. Mereka sedang berada di sisi lain Kombi, teman-teman mereka berada di sisi lain mobil sedang berleha-leha dan mengantuk. Flo dan Meera tidak menunggu waktu lama untuk memisahkan Sally dari anak-anak yang lain ketika mereka berdua dan Dean tiba di perkemahan.
“Memangnya kenapa dengan kucing itu? Bisa saja dia hanya numpang lewat,” komentar Sally setelah Flo dan Meera lebih kaleman. Ia teringat tragedi dengan Roki si rakun.
Dua temannya itu menegakkan punggung mereka. Mulut mereka terbuka, hembusan napas keluar berpilin-pilin.
“Kucing hitam adalah hewan peliharaan penyihir,” balas Meera datar.
Sally tertegun. “Oh.” Air mukanya berubah lebih serius. “Apa rencananya?”
Flo dan Meera berpandangan.
“Tidak ada,” jawab Flo polos. “Kami hanya sangat tercengang dengan apa yang baru saja kami lihat hampir satu jam yang lalu.”
“Ya, aku juga tidak berpikir sampai ke sana,” timpal Meera, lebih kepada dirinya sendiri. Ia sekarang jadi memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan dengan fakta ini.
Sally menghela napas singkat. “Kukira kalian berniat untuk menyelidiki atau semacamnya. Yang biasanya sering kita lakukan.”
“Rencananya dari awal adalah mengungkapkan kebenaran tentang The Jersey Devil, apakah makhluk itu nyata atau tidak.” Meera mengetuk-ngetuk dagunya. “Dan sampai sekarang itu masih menjadi rencana utamanya. Kejadian baru-baru ini di luar perkiraan sama sekali.”
“Tapi bukankah sebelumnya kita sudah merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Madam Poppy?” tanya Flo. “Kucing hitam itu memperkuat asumsi kita selama ini.”
“Tapi apa yang kalian ceritakan tetap masih abu-abu,” sahut Sally. Ia memiringkan kepalanya sedikit. “Kalau saja aku tidak merasakan aura yang berbeda dari Madam Poppy, aku juga pasti tidak akan sampai jauh berpikir bahwa wanita itu kemungkinan adalah penyihir, hanya karena melihatnya berinteraksi dengan kucing hitam.”
“Lagi juga, Madam Poppy sempat bilang bahwa orang-orang lokal Blue Pines memang lebih senang berkehidupan dan berpenampilan seperti pada masa-masa keemasannya,” ujar Flo sambil mengingat-ngingat apa saja yang sudah diberitahu Madam Poppy. “Termasuk masa saat para penyihir masih menghuni wilayah ini, sepertinya. Wajar saja jika suasana yang ditimbulkan jadi, hm, agak kuno, mistis?”
“Itu pertanyaan atau penyataan?” tanya Sally.
“Pernyataan. Tapi aku masih belum terlalu yakin.”
“Hm.”
“Eh, kalian sudah bertemu Henry Kim lagi?” Meera bertanya, ia terpikir tentang inspektur itu. Sudah dua hari ini ia jarang bersinggungan dengan Henry Kim, mengingat pria itu juga menyelidiki tentang mitos Blue Pines. Seharusnya dia bisa diandalkan untuk tahu lebih banyak.