Siang itu para siswa berkumpul di depan dinding pengumuman untuk melihat pengumuman peringkat kelas yang ditempelkan di dinding itu.
Di dinding pengumuman, peringkat seluruh siswa di sekolah menjelaskan hasil perjuangan mereka di tahun kemarin. Reaksi para siswa berbeda-beda saat melihat hasil peringkat itu. Siswa yang mendapatkan nilai bagus tersenyum lebar dan yang mendapatkan peringkat terbawah terlihat sangat kecewa.
Nana berdiri di depan dinding pengumuman itu untuk melihat hasil perjuangannya selama liburan musim dingin. Ia tidak berhenti belajar bahkan saat liburan kemarin, semua itu berkat jasa besar Ibu Guru Yoon.
“HOREEEE!!!”
Nana berteriak seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. Nana membuat para siswa yang berada di dekatnya menoleh ke arahnya.
“Bodoh!”
“Apa?” Nana menoleh ke arah suara.
Hani tersenyum. “Bodoh!” ulangnya.
“Aku tidak bodoh!” Nana menurunkan tangannya.
“Begitu, ya?”
“Iya!”
“Lalu, apa itu?” Hani menunjuk ke arah dinding pengumuman.
“Apa?”
“Peringkat enam puluh sembilan.”
“Hehee.” Nana ingin tersenyum, tetapi juga tidak ingin tersenyum.
Hani tertawa.
“Hei, itu sudah bagus. Masih ada yang peringkatnya dibawahku lagi.” Nana membela diri.