Menunggu selama 4 jam, akhirnya Naya mulai membuka matanya. Perlahan, cahaya yang ditangkap oleh matanya membuat ia sedikit menyipitkan matanya. Berusaha tenang, mengenali sekitar yang terasa asing baginya. ‘Rumah sakit’ itu adalah tempat yang bisa ia simpulkan sekarang. Mencoba menebak rasa sakit yang menjalar di tangan kirinya, ternyata adalah selang infus yang menancap. Sekali lagi, ia berusaha melihat sekeliling, mencari sosok yang bisa memberikan penjelasan padanya.
“Sudah sadar Nay?” tanya seorang pria yang baru saja membuka pintu ruangannya.
“Kenapa aku disini?” tanya Naya penasaran. Hal terkahir yang dia ingat hanya kegiatannya yang duduk di samping pelataran took yang teduh.
“Kau di temukan pingsan di samping toko. Dan warga membawamu kemari.” Jelas dokter tampan itu. “Kau jangan banyak bergerak dulu, tubuhmu masih lemah. Berbaring saja.” Pinta dokter itu saat Naya berusaha mendudukan posisinya yang tengah berbaring.
“Aku akan memanggil Reynan dulu.” Pamitnya lalu bergegas mengambil ponsel yang ada di saku jas putih itu.
Tak lama, sekitar 10 menit orang yang dihubungi tadi telah tiba. Mengeluarkan raut khwatir, yang tak pernah dilihatnya selama beberap pertemuan kemarin.
“Bagaimana perasaanmu? Baik-baik saja sekarang? Apa ada yang sakit?” tanyanya tanpa henti. Memasang wajah datar, Naya tak tau mengapa dokter itu segitu khawatir pada kondisinya sekarang.
“Aku baik.” Jawab datar Naya. Tersenyum manis, dokter itu mendudukan dirinya di samping ranjang Naya.
“Ya kau baik-baik saja. Dari caramu menjawab pertanyaanku membuktikan kau baik-baik saja.” Ucap Reynan. Ia tak kecewa dengan jawaban Naya, justru ia senang karena Naya bersikap seperti biasa. Dingin dan ketus.
“Sepertinya kau merindukan ya.” ucap dokter itu lagi. Naya hanya diam dengan memasang wajah bingung. “Kenapa?” tanya Naya akhirnya.
“Harusnyakan jadwal konselingmu besok. Tapi kau malah datang hari ini. Berarti kau tidak sabar ingin bertemu denganku kan.” Reynan berusaha menjahili Naya. Karena bagi Reynan wajah Naya yang sedang kesal itu sangat lucu. Dan benar saja, kini Naya memamerkan wajah kesalnya sambil menatap sinis Reynan. Bukannya takut, Reynan justru membalasnya dengan tawaan. Rizal yang memerhatikan mereka delam diam pun merasa bingung dengan interaksi kedua orang dihadapannya.