Kamar Shannon berantakan. Benda-benda yang berada di meja jatuh ke lantai, berserakan. Pakaian di lemari keluar, tercecer di lantai.
Seharian Shannon tidak makan dan tidak tidur. Kantong matanya menggelap, kedua matanya membengkak merah. Semalaman Shannon memikirkan Yunos. Terutama hari-hari penuh kenangan indah bersama. Hari-hari indah itu tak akan datang lagi, setelah beberapa tahun bersama Yunos memutuskan hubungan mereka.
Sia-sia kenangan indah itu terukir. Sekarang berubah bentuk duri yang siap menusuk-nusuk hati ketika kenangan tersebut terulang dikepala.
Shannon berharap bisa melupakan Yunos seketika. Modal berdoa tak begitu saja terkabul permintaannya. Tekanan batin memperburuk keadaan Shannon. Otaknya lumpuh, berpikir jernih pun susah. Kosong seperti nyawanya terambil ke dunia lain.
Suara ketukan pintu ibunya tak mampu menyadarkan Shannon. Sejak beberpa menit lalu orang tuanya berusaha masuk ke dalam. Malamnya mereka membiarkan Shannon, sekarang mereka mana mungkin membiarkan Shannon mengunci diri. Pikiran-pikiran negatif melanda, cemas mereka tanggung akibat bisunya Shannon menghiraukan orang tuanya.
Kunci cadangan kamar Shannon ditemukan. Orang tua Shannon membuka pintu, mereka terkejut dengan pemandangan kamar Shannon yang berantakan. Kondisi kamar Shannon pertama kalinya didapat dalam keadaan kacau.
Bertambahlah rasa cemas sang ibu. Tergesa-gesa menghampiri Shannon yang meringkuk di tengah kasur. Beliau berusaha membangunkan tubuh Shannon, lalu beliau menyandarkan kelapa Shannon di bahunya. Tangannya dengan lembut mengusap pipi Shannon.
"Sayang, kamu kenapa?" tanyanya cemas.
Mendengar suara lembut ibunya, airmata Shannon kembali menetes.
"Kamu sakit?"
"Kita ke dokter sekarang," ajak sang ayah. Shannon menggelengkan kepalanya.
"Kamu pucet banget sayang," kini sang ibu mengusab lengan Shannon.
"Ada apa sebenarnya, bilang nak," pinta sang ayah. Shannon menggelengkan kepala.
"Gakpapa," jawab Shannon serak.
"Aku cuma sakit kepala aja," setengah mati Shannon mengeluarkan suaranya.
"Ibu ambilin makanan di bawah, kamu mandi supaya badan kamu seger, ya?" pinta sang ibu. Shannon mengganggukan kepalanya.
Dengan nurut Shannon melangkah menuju kamar mandinya. Disana ia berendam di bak mandi selama satu jam. Keluar dari kamar mandi, ruangan kamarnya sudah tersusun rapi oleh pekerja rumahnya. Makanan pun tersaji di meja belajarnya.
Perlahan Shannon duduk di kursi. Ia menebakkan kakinya di kursi hingga ke dua pahanya menempel di badan. Ia menunduk tanpa disadari Shannon melamun. Beberapa saat kemudian tangannya tergerak mengambil sendok, ia menyendok nasi kemudian ia masukkan ke dalam mulut.