Pagi hari jam 8 Nicky sudah berpakaian rapi. Ia mengenakan kemeja hitam dan celana jeans-pinggang karet. Mengikat rambutnya tak lupa menyisihkan poni di kening.
Jikalau bukan acara workshop model PBB, Nicky memilih tidur. Kebetulan Tomo mewakili sekolahnya. Acara model PBB ini sebagai acara pengenalan club yang akan diterapkan di sekolahan Internasional yang ada di Indonesia.
Club yang mengajarkan pelajar akan makna toleransi. Oleh sebab itu Nicky sangat tertarik. Alasan lainnya acara seperti itu kurang menarik anak-anak zaman sekarang. Disana kebanyakan orang dewasa yang berkunjung.
Kebetulan Nicky meminati acara yang minim pengunjung dan hanya orang sepemikiran dia saja yang datang. Itu berarti Nicky dengan orang-orang yang mempunyai ketetarikan yang sama dengannya.
Dengan semangat ia berjalan menuju halte busway. Tak jauh dari tempatnya, seseorang keluar dari mobil hingga menghentikan langkahnya.
Muza yang tadinya memeriksa jam tangannya. Mendapati Nicky keluar, lantas Muza mendekati Nicky. Nicky dapat mencium parfum yang Muza semprotkan di bajunya. Lumayan menyengak tercampur dengan aroma pengharum mobil.
"Muza?" tanyanya samar-samar seperti menyapa.
"Ditelpon daritadi gak diangakat," omel Muza.
"Ponselku mati dari pagi tadi, terus kalo keluar ponselku aku tinggal,"
"Yaudah, buruan masuk nanti kita telat," Muza menggandeng lengan Nicky.
"Aku ada acara," tolak Nicky. Menahan diri di tempat ia berpijak.
Muza tetap menggandeng pergelangan tangan Nicky,
"Workshop model PBB kan, ayo masuk, aku juga ke sana."
"Punya sim?" sebelum Nicky menerima tawaran.
"Punya, Nick, tenang aja." Jawab Muza. Muza kini berani menarik Nicky masuk ke dalam mobilnya. Ia membukakan pintu untuk Nicky.
Nicky pun masuk ke dalam mobil tapi di bangku belakang. Bangku depan diduduki Haruka. Haruka sibuk memoles tatarias wajahnya. Aroma tubuh Haruka sama menyengaknya dengan Muza. Dan aroma tubuhnya beradu dengan aroma tubuh Muza.
Setengah mati Nicky menahan bau menyengak parfum mereka.
"Ohayo, Haruka, (pagi, Haruka)" sapa Nicky.