Suara angin menenangkan Shannon.
Angin temannya untuk saat ini. Ruangan musik tempat perlindungan yang aman bagi Shannon. Cecaran, desus-desus suara orang-orang yang membicarakannya sama dengan mantra sihir jahat.
Suara dengan kalimat menyakiti hatinya.
Mereka puas membicarakan masalah orang lain. Bangga bila informasi yang didapat lebih lengkap. Tak berperasaan. Terpenuhi hawa napsu supaya memuaskan hasrat, mereka menggali kehidupan orang lain.
Menghiraukan perasaan orang lain.
Dibelakang Shannon terdengar suara. Mereka masuk dan terhenti di ambang pintu. Berdesus waktu mereka mengenali Shannon yang tengah berdiri di depan jendela. Sendirian. Menahan desusan itu, sama artinya menahan jarum menusuk-nusuk jantung.
Mengepal telapak tangan Shannon. Mendoakan pemilik desusan itu mengalami yang Shannon hadapi. Berangan-angan merobek mulut mereka.
Enggan berbalik menatap mereka. Mereka lebih suka bila Shannon berbalik, menunjukan matanya yang membengkak, menangis semalaman. Pasti mereka menyebar luaskan keadaan mata Shannon, melebih-lebihkan cerita membuat Shannon terdengar mahkluk paling menyedihkan.
Desusan itu menghilang. Urat tubuh Shannon mengedur. Tekanan dihatinya berangsur-angsur mengurang.
Tiupan angin mengusap pipi Shannon. Menarik kepala Shannon menunduk, tanah, itu yang Shannon pikirkan.
Ruangan musik dengan jarak tanah menarik perhatiannya. Jeda satu lantai. Memungkinkan cedira parah bila terjun bebas dari situ. Patah tulang, pendarahan drastis, gagar otak atau lebih beruntungnya . . mati.
Mati. Mati. Mati. Mati.
Meninggalkan semua orang. Termasuk keluarga. Mati. Sendirian. Kesepian.
Mati. Mati. Mati. Mati.
Sayangnya kurang tinggi. Shannon tau dirinya tetap hidup setelah terjun keluar. Kematian tidak akan menghampirinya. Hilang ingatan pun belum tentu.
Mati. Mati. Mati. Mati.