"Nicky, aku hamil." ungkap Shannon.
Nicky kembali menyasikan TV. Tiba-tiba kembali lagi terdengar suara Shannon yang mengatakan bahwa dia hamil.
Nicky pun menghela napas berat. Mengingat kejadian kemarin saat ia menjenguk Shannon. Mendengar kabar Shannon dari mulut Shannon sendiri, merupakan kejutan yang mampu membekukan sel-sel yang di otak Nicky.
Memikirkan malangnya nasip Shannon. Berandai-andai bila Nicky tak menyelamatkan Shannon, Shannon berhasil membunuh bayinya.
Perasaan lega dan takut tercampur aduk. Nicky memanggil kenangannya.
Flashback-
"Nicky, aku bener-bener berterimakasih sama kamu. Kemarin aku jadi gila, putus asa, sampai aku mau bunuh diri." ujarnya lemah.
"Gapapa, Shannon, sekarang udah selesai."
"Nicky, aku hamil,"
Mata Nicky membulat. Dia berhenti mengupas jeruk. Sesaat Nicky memandang Shannon.
Seakan Nicky dapat merasakan perihnya yang diderita Shannon. Apalagi waktu Nicky menggenggam erat telapak tangan Shannon.
Shannon tersenyum tipis. Beruntung, Nicky benar-benar merasa beruntung dapat menyelamatkan sang bayi.
"Bapak dari anak ini gak mau tanggung jawab. Dia juga nyuruh buat gugurin anak ini. Jadi-"
Nicky memotong langsung, "Sudah . .sudah kelewat Shannon. . gapapa. . . tenang aja dia pasti dapat balasannya." Nicky berusaha mengalihan pembicaraan. Nicky akui, Nicky penasaran siapa cowok bejat itu, hanya saja Nicky tak mau menanyakannya pada Shannon, takut Shannon mengingat cowok itu.
Flash-end
.
.
.
Sekitar pukul 7 pagi. Ponsel Nicky berdering berulang kali. Baik itu adalah sebuah pesan maupun telepon.
Nicky tau mengapa ponselnya berdering membabi buta. Sebab hari ini adalah sesi photo kenang-kenangan. Tiap kelas dibagi jadwal untuk melakukan photoshoot yang akan dibukukan di-album kenangan.
Kepalanya masih melekat dengan bantal. Kakinya menghimpit guling. Sepasang matanya terpejam.
Suara hela napas terdengar jelas.
Nicky memutar posisi tidurnya. Membelakangi jendela. Enggan bangkit dari tempat tidurnya. Mengutuk setiap dering ponsel yang mengusik ketenangannya. Apalagi suara ketukan di pintu depannya yang baru saja.
Terpaksa Nicky beranjak dari tempat tidurnya. Seiring melangkah ia merapikan rambutnya. Dan saat ia membuka pintu, Muza sudah berpakaian rapi. Dari wajah Muza, Nicky dapat menebak bahwa Muza sudah mandi apalagi makan.
Diwajah Muza terdapat senyuman meggelitik. Mendapati Nicky yang berantakan namun tetap terlihat cantik baginya.
"Iya, Muza," sapa Nicky sambil mengucek matanya.
"Baru bangun tidur ya, kkkk," geli Muza.
Nicky menggaruk perutnya, "Ehmnn," Nicky mengiyakan dengan dengungan seraknya.
"Kamu sakit?"