Nicky berada di tempat parkir di lantai mall paling atas. Ia menghabisakan jam malamnya dengan melihat film, mengenakan baju dirangkap jaket dan mengenakan celana panjang tidurnya, seperti biasa tidak menggunakan make-up.
Mall itu mall yang dekat apartment-nya. Tentu Nicky percaya diri menggunakan busana seperti itu, ia mengambil jam akhir, jadi dia menunggu orang-orang masuk ke dalam baru dia masuk, setelah film selesai pun bioskop pasti sepi karena sudah tutup begitu juga mall.
Saat ia hendak memencet lift Muza mengirimnya pesan. Lalu Nicky menyuruh Muza menemuinya di parkiran mobil paling atas.
Beberapa saat kemudian Muza datang. Muza belum mengganti pakaiannya. Ia masih mengenakan kemeja putih, dasi kupu-kupu dan celana hitam lengkap dengan pantofel yang hitam mengkilap.
"Nick!" panggil Muza dari kejauhan.
"Iya!" sahut Nicky sambil melambai.
"Nicky, abis apa kamu di sini?" tanya Muza saat mendekati Nicky.
Nicky menjawabnya saat Muza di hadapannya, "Abis nonton film, hari terakhir tayang,"
"Baru selesai acaranya?" tanya Nicky.
"Iya, baru selesai,"
"Gimana tadi?"
"Seru,"
"Seru, ya," Nicky memandangi lampu-lampu yang bagaikan bintang bertaburan.
"Tapi gak ada kamu, jadi kurang seru,"
" . . . . . . . " Nicky diam dan tetap menatap lampu-lampu.
"Nicky," panggil Muza.
"Hmn . ." namun pandangan Nicky masih pada lampu-lampu.
Muza diam sejenak. Memandangi Nicky yang sedang menikmati pemandangan malam. Muza seolah-olah menerawang yang Nicky pikirkan. Entah sejak ejadian tadi siang, Nicky yang menangis tiba-tiba hingga berpura-pura tegar.
Sebenarnya Muza ingin bertanya tentang tangisan Nicky. Kini Muza memilih menunggu dan memberi ruang Nicky untuk bernapas.
Untuk kesunyian cukup lama akhirnya Nicky buka suara.
"Tadi . . ." jedanya dan Muza menanti kata selanjutnya, "Shannon pulang ke Kanada,"
Muza mendapatkan jawabannya. Dari pertanyaan mengapa Nicky menangis tadi siang. Muza mempercayai sebab Nicky menangis karena kepergian Shannon. Bukan yang lain.
"Aku antar pulang," tawar Muza dan Nicky mengangguk.
Mereka berjalan menuruni jalan aspal daripada mengarah ke lift. Jalanannya menurun miring, maka dari itu mereka turun perlahan.
Sesampai di pancuran mall, Nicky menunggu Muza menghampirinya dengan mobilnya. Beberapa saat kemudian Muza datang, ia memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Muza keluar dari mobil kemudian menghampiri Nicky yang duduk di daerah pancuran.